Jumaat, April 20, 2012

Binatang dan Manusia ?



aamboyz.blogspot.com


1.Unta mukjizat Nabi Saleh
Sesuai dengan permintaan dan petunjuk pemuka-pemuka kaum Tsamud berdoalah Nabi Saleh memohon kepada Allah agar memberinya suatu mukjizat untuk membuktikan kebenaran risalahnya dan sekaligus mematahkan perlawanan dan tentangan kaumnya yang masih berkeras kepala itu. Ia memohon dari Allah dengan kekuasaan-Nya menciptakan seekor unta betina dikeluarkannya dari perut sebuah batu karang besar yang terdapat di sisi sebuah bukit yang mereka tunjuk.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta betina.
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu berkatalah Nabi Saleh kepada mereka: " Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu dan biarkanlah dia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah, dia mempunyai giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk mendapatkan minuman bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya apabila kamu mengganggu binatang ini." Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya tanpa mendapat gangguan dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum, tiada seekor binatang lain berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang melintang di dalam kerongkong.

aamboyz.blogspot.com


2.Anak Sapi dan Nabi Ibrahim
Beberapa ayat di antaranya adalah ayat 69 sehingga 74 dari surah Hud, seperti berikut:
64:" Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (Malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim membawa khabar gembira mereka mengucapkan "selamat".Ibrahim menjawab: "Selamatlah" maka tidak lama kemudian Ibrahim menjamukan daging anak sapi yang dipanggang. 70. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata " Jangan kamu takut sesungguhnya kami adalah (Malaikat-malaikat) yang diutuskan untuk kaum Luth." 71. dan isterinya berdiri di sampingnya lalu di tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira akan (kelahiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Yaakub. 72. Isterinya berkata " sungguh menghairankan apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua juga? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang aneh. 73. Para Malaikat itu berkata " Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu hai Ahlulbait! sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. 74. Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya dia pun bersoal jawab dengan (Malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth." (Hud : 69 ~ 74)


aamboyz.blogspot.com


3.Kambing Gibas dan Nabi Ismail
...Nabi Ibrahim yang dikatakan memiliki kekuatan 40 kali manusia biasa, dengan pisau yang tajam, maka menyembelih anaknya (Ismail) dan Allah melihat kepatuhan Ibrahim, maka Allah mengirimkan malaikat Jibril untuk menggantikan posisi Ismail dengan kambing gibasy yang gemuk, dengan sekejab saja, ternyata yang putus kepalanya adalah kepala kambing gibasy itu dan Ismailpun diselamatkan oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah SWT. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillaahi Hamd. Dari peristiwa itu telah menjadi syari’at ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam untuk melaksanakan ibadah qurban...

Bos taurus indicus.jpg

4.Sapi dan Nabi Musa
..Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yg diwahyukan oleh Allah itu kpd kaumnya ia ditertawakan dan diejek krn akal mereka tidak dapat menerima bhw hal yg sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bhw Allah telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yg diberikan kpd Musa yg kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar utk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yg mereka hadapi dlm peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kpd Musa secara mengejek: "Apakah dgn cara yg engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan org? Akan tetapi kalau memang cara yg engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kpd Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yg harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yg harus kami sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yg harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai utk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah org ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yg dimaksudkan itu yg akhirnya diketemukannya pd seorg anak yatim piatu yg memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorg fakir miskin yg soleh, ahli ibadah yg tekun yg pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kpd Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yg tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yg soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dgn harga yg berlipat ganda krn memenuhi syarat dan sifat-sifat yg diisyaratkan oleh Musa utk disembelih.
Setelah disembelih sapi yg dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yg seketika bangunlah ia hidup kembali dgn izin Allah, menceritakan kpd Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yg kesekian kalinya diperlihatkan kpd Bani Israil yg keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yg masih melekat pada dada dan hati mereka...


aamboyz.blogspot.com


5.Ikan Yang Memakan Nabi Yunus
...Kemudian Nabi Yunus AS menaiki kapal yang dipenuhi penumpang dan muatan. Ketika mereka berada di tengah-tengah lautan maka kepal itu miring dan hampir tenggelam, dimana mereka harus mengambil salah satu keputusan antara mereka tetap berada di kapal semuanya dengan resiko mengalami kebinasaan; atau membuang sebagian dari mereka agar kapal itu menjadi ringan dan menyelamatkan sisanya. Akhirnya mereka memilih jalan yang terakhir setelah menemui kesepakatan di antara mereka. Kemudian mereka melakukan pengundian dan sejumlah penumpang terkena undian tersebut termasuk di dalamnya Nabi Yunus AS, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “… kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah untuk undian.” (Ash-Shaffat: 141).
Yakni ia termasuk dari orang-orang yang kalah dalam undian tersebut. Kemudian mereka pun melemparkannya ke laut, serta seekor ikan besar menelannya, akan tetapi tidak sampai mematahkan tulangnya dan merobek dagingnya.
Ketika Nabi Yunus AS berada di dalam perut ikan, maka dalam keadaan gelap (dalam perut ikan) ia berseru, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim.” (Al-Anbiya’: 87). Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada ikan itu supaya memuntahkan Nabi Yunus AS di daerah yang tandus.
Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan tersebut bagaikan anak burung yang baru keluar dari telur (baru menetas) karena saking lemahnya. Kemudian Allah Ta’ala mengasihinya dan menumbuhkan sebuah pohon dari jenis pohon labu baginya, dimana pohon itu meneduhinya, sehingga ia kuat kembali.
Kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi Yunus AS supaya kembali ke kaumnya, agar ia mengajari dan menyeru mereka, dan penduduk negeri itu memenuhi seruannya sebanyak seratus ribu orang atau lebih, dimana mereka beriman, sehingga Kami karuniakan kepada mereka keni’matan hidup sehingga batas waktu tertentu...


Donkey 1 arp 750px.jpg

6.Khimarnya Nabi Uzair
..Uzair bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahawa ia telah tertidur. Ia kembali dari kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t membangunkannya dan bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?"
Malaikat bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?" Uzair menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat yang mulia itu berkata kepadanya: "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya. " Engkau tidur selama seratus tahun. Allah s.w.t mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawapan dari pertanyaanmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan kehairanan yang luar biasa sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq (Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair: "Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah."
Uzair melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu Uzair melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair merasakan kehairanan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah. Malaikat merasa bahawa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa yang dikatakannya. kerana itu, malaikat menunjuk keldainya sambil berkata: "Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi tulang- belulang)."
Uzair pun melihat ke keldainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah dari tulang-tulang keldainya. Malaikat berkata kepadanya: "Apakah engkau ingin melihat bagaimana Allah s.w.t membangkitkan orang-orang yang mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu." Kemudian malaikat memanggil tulang-tulang keldai itu lalu atom-atom tanah itu memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintahkan otot-otot saraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada tulang-tulang keldai. Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan rambut.
Alhasil, keldai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat memerintahkan agar roh keldai itu kembali kepadanya dan keldai pun bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t tersebut terjadi di depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah s.w.t yang berupa kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair berkata: "Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Uzair bangkit dan menunggangi keldainya menuju desanya. Allah s.w.t berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.


aamboyz.blogspot.com


7.Semutnya Nabi Sulaiman
.. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyadari.”
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Katanya,
“Ya Rabbi, limpahkan kepadaku kurnia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; kurniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh.”
(An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”
“Sebesar biji gandum,” jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu.
“Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman.
“Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahwa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Karena itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”...


Upupa epops.JPG


8.Burung Hud-Hud Nabi Sulaiman
Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman mengumpulkan dan memeriksa seluruh pengikut-pengikutnya baik dari kalangan manusia, jin dan binatang, termasuk burung-burung. Berdasarkan pemeriksaannya, Nabi tidak melihat burung hud-hud. Karena ketidakhadiran burung hud-hud tersebut, beliau berjanji akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau bahkan menyembelihnya. Ternyata, tidak lama kemudian, burung hud-hud datang menghadap Nabi Sulaiman. Burung hud-hud menjelaskan perihal keterlambatannya karena mencari berita tentang adanya seorang wanita yang menjadi pemimpin suatu negara dan dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Atas berita yang dibawa oleh burung hud-hud tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengunjungi kerajaan Saba yang dipimpin oleh ratu Balqis yang akhirnya masuk Islam dengan dakwah Nabi Sulaiman. Kisah tersebut diabadikan dalam Qur’an Surat An-Naml ayat 22-23.
Kisah tersebut menggambarkan burung hud-hud (sebagai anak buah) yang mempunyai kecerdasan dan kecemerlangan berpikir sehingga pengembaraannya dalam mencari makanan (nafkah) tidak semata untuk tujuan duniawi melainkan untuk penyebaran agama. Burung hud-hud, di antara waktunya, memanfaatkan kesempatan mencari berita dan kabar suatu kaum karena ia berkeinginan untuk menyampaikan risalah Islam kepada mereka. Melalui presentasi burung hud-hud yang gemilang serta keberanian dalam mengemukakan uzur (keterlambatan), Nabi Sulaiman dapat mengajak kaum Saba untuk mentauhidkan Allah.

aamboyz.blogspot.com


9.Untanya Nabi Muhammad Saw
Ketika itu kami bersama Nabi besar Muhammad Saw tengah berada dalam sebuah peperangan. Tiba-tiba datang seekor unta mendekati beliau, lalu untu tersebut berbicara, "Ya Rasulullah, sesungguhnya si fulan (pemilik unta tersebut) telah memanfaatkan tenagaku dari semenjak muda hinga usiaku telah tua seperti sekarang ini. Kini ia malah hendak menyembelihku. Aku berlindung kepadamu dari keinginan si fulan yang hendak menyembelihku."
Mendengar pengaduan sang unta, Rasulullah Saw memanggil sang pemilik unta dan hendak membeli unta tersebut dari pemiliknya. Orang itu malah memberikan unta tersebut kepada beliau.. Unta itu pun dibebaskan oleh Nabi kami Muhammad Saw.
Juga ketika kami tengah bersama Muhammad Saw, tiba-tiba datang seorang Arab pedalaman sambil menuntun untanya. Arab baduy tersebut meminta perlindungan karena tangannya hendak dipotong, akibat kesaksian palsu beberapa orang yang berkata bohong. Kemudian unta itu berbicara dengan Nabi kami Muhammad Saw, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang ini tidak bersalah. Para saksi inilah yang telah memberikan pengakuan palsu karena mereka telah dipaksa. Sebenarnya pencuriku adalah seorang Yahudi."


frames


10.Anjingya Ashabul Kahfi
anjing tersebut berwarna kuning, di surga bentuknya berubah menjadi kambing gibas, ia bernama Qithmir, ada yang mengatakan bernama Tawarum dan ada yang mengatakan bernama Huban.

__._,_.___

Khamis, April 05, 2012

Awas Bahaya Kaum Khawarij !


Mencela dan Memusuhi Adalah Mazhab Khawarij ...Pas ?


Mengusik kehormatan dan kredibiliti pemerintah dengan cara memaki-hamun, mencela, menyebarkan aibnya, dan mengkritik mereka secara terbuka adalah satu bentuk kesalahan yang amat besar di sisi Islam. Bahkan ia termasuk benih-benih pemberontakkan terhadap pemerintah yang menjadi sebab rosaknya agama, tergugatnya keamanan, dan menghilangnya kemaslahatan dunia sekaligus.

Perbuatan mengecam dan memburuk-burukkan pemerintah adalah satu bentuk bid’ah yang sengaja diada-adakan dalam perlaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar. Ia mula dicipta oleh seorang tokoh Yahudi bernama ‘Abdullah B. Saba’ yang berpura-pura memeluk Islam ketika zaman pemerintahan Khalifah ‘Utsman B. Affan radhiyallahu ‘anhu. Disebabkan fitnah yang direka dan disebarkan oleh ‘Abdullah B. Saba’ inilah akhirnya sejarah Islam menjadi kacau-bilau sehingga terbunuhnya ‘Utsman dan ‘Ali. Ideologi yang beliau cetuskan tersebut kemudiannya makin tersebar hingga meracuni dan memperdaya sebahagian kelompok umat Islam setelah itu yang mengakibatkan munculnya firqah-firqah sesat seperti Khawarij dan syi’ah, yang kemudiannya dari Khawarij lahirnya Murji’ah, Qadariyah, dan Muktazilah.



Lebih awal dari itu, pemikiran mencela pemimpin secara terbuka ini juga telah wujud sejak hayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lagi. Bahkan celaan tersebut diungkapkan terus kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tanpa segan-silu di hadapan umum. Orang yang mencela Rasulullah tersebut dikenali sebagai Dzul Khuwaishirah sebagaimana kata Imam Ibnul Jauzi. Beliau menuntut Rasulullah supaya berlaku adil dan bertaqwa kepada Allah kerana pada anggapannya Rasulullah telah berlaku khianat dalam suatu proses pembahagian harta ghanimah ketika itu.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pada ketika itu pun marah dengan celaannya lalu mengatakan:

وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ

“Celakalah engkau, siapa lagi yang dapat berlaku adil jika aku dikatakan tidak adil? Benar-benar celaka dan rugi jika aku tidak dapat berlaku adil.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, 11/442, no. 3341)

Kemudian orang tersebut pun berlalu pergi.

Dalam riwayat yang lain setelah orang ini pergi, Rasulullah pun bersabda (kepada para sahabatnya yang hadir ketika itu):

إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ يَقْتُلُونَ أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الْأَوْثَانِ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لَأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ


“Sesungguhnya daripada orang ini akan muncul sekumpulan manusia yang hebat membaca al-Qur’an tetapi bacaannya tidak melepasi kerongkongan. Mereka terlepas dari batas-batas Islam sebagaimana anak panah menembusi sasarannya (buruannya). Mereka membunuh ahlul Islam dan membiarkan hidup ahlul Autsan (penyembah berhala). Jika aku sempat menemui mereka, nescaya akan aku perangi (bunuh) mereka sebagaimana dibunuhnya kaum ‘Aad.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, 22/441, no. 6880)

Ketika membahaskan hadis-hadis ini dan yang berkaitan, Imam Ibnul Jauzi rahimahullah (Wafat: 597H) menyatakan dalam kitabnya Talbis Iblis di bab perbahasan Khawarij, “Dzul Khuwaishirah adalah tokoh khawarij yang pertama sekali muncul dalam sejarah Islam. Ia menganggap dirinya dalam kebenaran berdasarkan sangkaannya semata-mata. Dia tidak memahami bahawa pendapat Rasulullah-lah yang perlu diutamakan dan didahulukan berbanding segala pandangan yang lain. Kemudian daripada Dzul Khuwaishirah ini lahir pula kelompok yang memisahkan diri dari ketaatan terhadap pemerintahan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. (Rujuk: Talbis Iblis, m/s. 81-82 – Maktabah Syamilah)


Fitnah-fitnah pemisahan dari ketaatan terhadap pemerintahan ‘Ali tersebut pun akhirnya mengobarkan api kebencian dan pemberontakan. Termasuk di dalamnya adalah fitnah perang Jamal dan Siffin yang mengakibatkan para sahabat bertembung sesama sendiri akibat diapi-apikan oleh kelompok ketiga berideologikan khawarij.


Pada sela-sela masa seterusnya muncullah tokoh-tokoh khawarij lainnya mewarisi ideologi dua tokoh utama mereka ini (Dzul Khuwaishirah dan ‘Abdullah B. Saba’). Antaranya adalah seperti ‘Abdullah B. Muljam yang telah membunuh ‘Ali radhiyallahu ‘anhu ketika sedang keluar untuk solat Subuh dengan pedang yang disapu racun. Manakala sekutu ‘Abdullah B. Muljam iaitu al-Barak B. ‘Abdullah dan Amr B. Bakar at-Tamimi yang merancang membunuh Mu’awiyah B. Abu Sufiyan dan Amr B. Al-‘Ash. ‘Abdullah B. Muljam adalah seorang yang kuat beribadah dan hebat bacaan al-Qur’annya, namun sayang manhaj berfikirnya menyimpang dari methodologi para sahabat dalam memahami nash-nash agama.


Di zaman al-Hasan B. ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma, ketika beliau hendak melaksanakan perdamaian dan menyerahkan pemerintahan kepada Mu’awiyah B. Abu Sufiyan, muncul pula tokoh bernama al-Jarrah B. Sinan. Beliau tampil mencela al-Hasan dan Ayahnya ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. Tanpa teragak-agak, al-Hasan pun membunuhnya.


Setelah fasa pemerintahan ‘Ali hingga Mu’awiyah B. Abu Sufiyan, muncul pula nama Mirdas B. Udayyah dan Nafi’ B. Al-Azraq. Mirdas B. Udayyah adalah tokoh yang lahir dari serpihan pemberontak di zaman ‘Ali radhiyallahu ‘anhu yang kemudiannya memimpin pemberontakkan menentang pemerintahan Yazid B. Mu’awiyah. Di antara sikap beliau adalah suka mencari-cari kesalahan pemimpin dan mencanangnya untuk memburuk-burukkan.


Daripada Ziyad B. Kusaib, beliau menceritakan:


كُنْتُ مَعَ أَبِي بَكْرَةَ تَحْتَ مِنْبَرِ ابْنِ عَامِرٍ وَهُوَ يَخْطُبُ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ فَقَالَ أَبُو بِلَالٍ انْظُرُوا إِلَى أَمِيرِنَا يَلْبَسُ ثِيَابَ الْفُسَّاقِ فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ اسْكُتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ


Pada suatu masa pernah aku berada tepat di bawah mimbar Ibnu ‘Amir bersama-sama Abi Bakrah. Ketika itu Ibnu ‘Amir sedang memberi khutbah dengan mengenakan pakaian yang nipis (jarang). Lalu Abu Bilal berteriak, “Lihatlah pemimpin kita ini, dia mengenakan pakaian orang fasiq!”

Maka, Abi Bakrah pun berkata, “Diamlah, bahawasanya aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesiapa yang menghina penguasa Allah di muka bumi, nescaya Allah akan menghinakannya.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi, Kitab al-Fitan, 8/164, no. 2150. Al-Iraqi berkata, isnadnya sahih dan at-Tirmidzi menghasankannya, Takhrij Ahadits al-Ihya’, 5/246, no. 2246. Al-Albani mensahihkannya, Shahih Sunan at-Tirmidzi, 5/224, no. 2224)

Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata:

أبو بلال هذا هو مرداس ابن أدية، خارجي، ومن جهله عد ثياب الرجال الرقاق لباس الفساق


“Abu Bilal dalam hadis tersebut adalah Mirdas B. Udayyah, seorang yang berfahaman Khawarij. Disebabkan kebodohannya, beliau pun menganggap pakaian nipis bagi kaum lelaki sebagai pakaian orang fasiq.” (adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, 3/20 dan 14/508)


Kisah-kisah berkaitan kekacauan akibat fitnah ideologi khawarij ini tidak berhenti setakat itu. Bahkan ia terus berlangsung seiring dengan beredarnya zaman. Termasuklah zaman kita hari ini.


Di antara syi’ar utama kelompok khawarij ini adalah mereka sentiasa berusaha mengambil kesempatan di atas kelemahan para pemerintah umat Islam bagi tujuan memisahkan diri dari ketaatan terhadap kepimpinannya dan berhajat mengambil alih tampuk kuasa tersebut dengan apa jua cara walapun jelas dilarang oleh agama. Mereka menganggap perbuatan memisahkan diri dari ketaatan terhadap pemerintah sebagai salah satu bentuk sarana amar ma’ruf nahi mungkar dan termasuk amalan jihad yang mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Selain itu, mereka juga dikenali memiliki keyakinan (fahaman) bahawa sesiapa sahaja yang melakukan dosa besar adalah kafir. Walaupun adakalanya penetapan dosa tersebut hanya pada andaian mereka semata-mata. Mereka juga terkenal dengan sikap terburu-buru dalam menyesat dan mengkafirkan umat Islam atas alasan dosa besar.

Imam al-Barbahari rahimahullah (Wafat: 329H) berkata:


ومن خرج على إمام من أئمة المسلمين فهو خارجي قد شق عصا المسلمين وخالف الآثار وميتته ميتة جاهلية ولا يحل قتال السلطان ولا الخروج عليه وإن جار وذلك


“Dan sesiapa yang keluar dari ketaatan terhadap para pemerintah umat Islam maka mereka termasuk golongan khawarij. Mereka bertindak memecah-belahkan perpaduan umat Islam dan menentang sunnah. Sekiranya mereka mati, matinya adalah mati jahiliyyah. Tidak boleh mengangkat senjata memberontak (atau memerangi) pemerintah dan tidak boleh keluar dari ketaatan terhadapnya walaupun pemimpin tersebut seorang yang jahat.” (Syarhus Sunnah, no. 33)


Para ulama ahlus sunnah menjelaskan pemberontakan terhadap pemerintah yang paling ringan adalah memusuhi dengan hati, kemudian celaan atau hasutan kebencian dengan lisan, dan yang paling berat adalah dengan tangan dan senjata. Menurut Imam asy-Syahrastani rahimahullah (Wafat: 548H) dalam kitabnya al-Milal wa an-Nihal, pemerintah dalam persoalan ini tidak terhad kepada zaman ketika Khulafa’ al-Rasyidin atau tabi’in semata-mata, tetapi juga termasuk para pemerintah umat Islam di setiap zaman. Sama ada pemerintah yang adil, zalim, mahupun yang fasiq. Ini sebagaimana kata beliau:


الخوارج والمرجئة والوعيدية كل من خرج عن الإمام الحق الذي اتفقت الجماعة عليه يسمى خارجيا سواء كان الخروج في أيام الصحابة على الأئمة الراشدين أو كان بعدهم على التابعين بإحسان والأئمة في كل زمان


“Al-Khawarij, al-Murji’ah, dan al-Wa’idiyyah digunakan untuk menyebut semua kelompok masyarakat yang keluar dari ketaatan terhadap pemerintah yang sah dan diperakui oleh jama’ah (majoriti) umat Islam. Istilah khawarij digunakan untuk menyebut kelompok masyarakat yang keluar dari ketaatan dan tidak mengakui keabsahan pemerintah yang dilantik sama ada pada zaman para sahabat, khulafa’ur Rasyidin, tabi’in, atau pada masa setelah itu di setiap zaman.” (al-Milal wa an-Nihal, 1/113 – Daar al-Ma’rifah)


Imam al-Ajurri rahimahullah (Wafat: 360H) menegaskan bahawa khawarij adalah kaum yang jahat lagi derhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka dikenali rajin beribadah seperti solat malam, berpuasa, dan membaca al-Qur’an, tetapi kebaikan mereka ini sedikitpun tidak memberi manfaat. Kerana mereka memahami nash-nash agama dengan kaedah dan tafsiran yang menyeleweng lagi mengikuti hawa nafsu. Kata beliau:

لم يختلف العلماء قديماً وحديثاً أن الخوارج قوم سوء، عصاة لله عز وجل ولرسوله صلى الله عليه وسلم، وإن صلوا وصاموا، واجتهدوا في العبادة ، فليس ذلك بنافع لهم، وإن أظهروا الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، وليس ذلك بنافع لهم، لأنهم قوم يتأولون القرآن على ما يهوون، ويموهون على المسلمين. وقد حذرنا الله عز وجل منهم، وحذرنا النبي صلى الله عليه وسلم ،وحذرناهم الخلفاء الراشدون بعده، وحذرناهم الصحابة رضي الله عنهم ومن تبعهم بإحسان رحمة الله تعالى عليهم. والخوارج هم الشراة الأنجاس الأرجاس، ومن كان على مذهبهم من سانر الخوارج، يتوارثون هذا المذهب قديماً وحديثاً، ويخرجون على الأئمة والأمراء ويستحلون قتل المسلمين


“Para ulama sepakat menyatakan bahawa khawarij adalah suatu kaum yang jahat dan derhaka kepada Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka solat, berpuasa, dan bersungguh-sungguh dalam ibadah. Tetapi kebaikan yang mereka usahakan itu tidaklah memberi sebarang manfaat sedikitpun untuk mereka kerana mereka telah menyelewengkan makna ayat-ayat al-Qur’an bersesuaian dengan hawa nafsunya. Mereka juga menonjolkan amalan amar ma’ruf nahi mungkar, tetapi ia tidak bermanfaat bagi mereka. Kerana mereka gemar menafsirkan al-Qur’an dengan hawa nafsu dan menipu umat Islam. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memberi peringatan kepada kita dari bahaya dan kesesatan mereka. Begitu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, para khulafa al-Rasyidin, para sahabat radhiyallahu ‘anhum, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik turut mengingatkan. Khawarij ini dan yang sealiran dengannya adalah orang-orang yang jahat, najis, dan kotor. Mereka saling mewarisi fahaman sesat ini sejak dahulu sehinggalah sekarang. Mereka memisahkan diri dari para pemerintah umat Islam, sehingga ada dari mereka yang menghalalkan tindakan membunuh umat Islam.” (al-Ajurri, asy-Syari’ah, 1/22)

Kemudian beliau memberikan satu peringatan tegas untuk kita semua dengan katanya:


قد ذكرت من التحذير عن مذاهب الخوارج ما فيه بلاغ لِمن عصمه الله عَزَّ وَجَلَّ الكريم، عن مذهب الخوارج، ولَم ير رأيهم وصبر عَلَى جَوْر الأئمة، وحَيْف الأمراء، ولَم يَخرج عليهم بسيفه، وسأل الله العظيم كشف الظلم عنه، وعن جَميع المسلمين، ودعا للولاة بالصلاح، وحجَّ معهم، وجاهد معهم كل عدو للمسلمين، وصلى خلفهم الجمعة والعيدين، وإن أمروه بطاعتهم فأمكنته طاعتهم أطاعهم، ولِمن لَم يُمكنه اعتذر إليهم، وإن أمروه بِمعصية لَم يطعهم، وإذا دارت بينهم الفتن لزم بيته، وكفَّ لسانه ويده، ولَم يَهو ما هُم فيه، ولَم يُعن عَلَى فتنته، فمن كَانَ هذا وصفه كَانَ عَلَى الطريق المستقيم إن شاء الله تعالَى


“Sungguh-sungguh aku telah menyebutkan peringatan (tahdzir) terhadap mazhab khawarij. Yang mana pada peringatan tersebut mengandungi khabar bagi orang yang dipelihara oleh Allah ‘Azza wa Jalla yang maha Mulia dari mazhab al-khawarij, dan tidak supaya berpegang dengan mazhab mereka, dan hendaklah bersabar dengan kezaliman para pemimpin, juga dengan ketidak-adilan pemimpin, dan tidak keluar dari ketaatan kepada mereka dengan senjata (pedang). Kita berharap kepada Allah yang maha Agung supaya menghilangkan kezaliman darinya, juga dari semua kaum muslimin, dan mendoakan para pemimpin dengan kebaikan. Juga bersama-sama dengan mereka dalam melaksanakan haji, berjihad menentang musuh umat Islam, solat juma’at dan solat dua hari raya bersama mereka. Sesiapa yang bersifat seperti ini bererti dia berada di atas jalan yang lurus, insyaAllah.” (al-Ajurri, asy-Syari’ah, 1/37)


Bibit-bibit pemisahan diri dari ketaatan terhadap pemerintah biasanya bermula dengan perasaan iri dan dengki di dalam hati. Kemudian dengan provokasi kebencian melalui lisan mahupun tulisan. Ini akan mengakibatkan fitnah yang lebih besar lagi seperti perselisihan, pertengakaran, kebencian, kemarahan dan perpecahan. Sehingga akhirnya akan mengakibatkan sikap anti pemerintah dan mungkin pergolakkan di kalangan rakyat untuk menuntut revolusi. Ini akan membawa kepada pertembungan rakyat dengan pemerintah. Fenomena seperti ini bukan sahaja berlaku pada zaman awal Islam, tetapi terus berlarutan di setiap zaman. Termasuk yang terbaru sebagaimana sedang berlaku di Timur tengah seperti di Tunisia, Mesir, Libya, Bahrain, dan Yaman sekarang. Kesudahan dari perkara ini amatlah buruk, iaitu hilangnya keamanan, rosaknya harta benda, hilangnya jiwa (pertumpahan darah), merugikan masa, dan bahkan hingga hilangnya kedaulatan negara.


Oleh itu, berhati-hatilah dalam bersikap terhadap para pemimpin. Hendaklah kita melazimi manhaj ilmu, sabar, dan bertindak di atas maslahah serta kaedah yang benar. Tidak mengikuti hawa nafsu, emosi dan kebencian sehingga mengikuti jejak langkah kaum sesat Khawarij. Yang kemudian dari fahaman khawarij tersebut menyebabkan munculnya pelbagai bentuk kesesatan dan penyimpangan lainnya.


Imam Ibnul Jauzi rahimahullah (Wafat: 597H) menyatakan:


ومن رأى هؤلاء أحدث المعتزلة في التحسين والتقبيح إلى العقل وأن العدل ما يقتضيه ثم حدث القدرية في زمن الصحابة وصار معبد الجهني وغيلان الدمشقي والجعد بن درهم إلى القول بالقدر ونسج على منوال معبد الجهني واصل بن عطاء وانضم إليه عمرو بن عبيد وفي ذلك الزمان حدثت سنة المرجئة حين قالوا لا يضر مع الإيمان معصية كما لا ينفع مع الكفر طاعة ثم طالعت المعتزلة مثل أبي الهذيل العلاف والنظام ومعمر والجاحظ كتب الفلاسفة في زمان المأمون واستخرجوا منها ما خلطوه بأوضاع الشرع مثل لفظ الجوهر والعرض والزمان والمكان والكون وأول مسألة اظهروها القول بخلق القرآن وحينئذ سمي هذا الفصل فصل علم الكلام


“Dari semua inilah (fitnah ideologi khawarij), muncul pula golongan al-Muktazilah yang menyerahkan soal penilaian baik dan buruk berdasarkan pertimbangan akal. Keadilan juga dinilai dengan akal. Kemudian muncul pula firqah Qadariyah pada era sahabat. Ia mula diutarakan oleh Ma’bad al-Juhani, Ghailan ad-Dimasyqi, dan Ja’ad B. Dirham. Kemudian ideologi muktazilah ini dikembangkan oleh Washil B. Atha’ (pada fasa tabi’in). Seterusnya ia didukung pula oleh Amr B. Ubaid. Pada ketika inilah muncul pula golongan Murji’ah yang mengatakan, “Suatu maksiat tidak akan memberi sebarang kesan selagi ada keimanan, ini sebagaimana halnya ketaatan yang tidak akan berguna selagi ada kekafiran.” Kemudian berkembang lagi pemikiran Muktazilah melalui Abu al-Hudzail B. Al-Allaf, an-Nizham, Ma’mar dan al-Jahizh. Golongan Muktazilah ini kemudiannya menekuni buku-buku falsafah ketika zaman pemerintahan al-Ma’mun. Melalui buku-buku falsafah tersebut mereka pun membuat kesimpulan (mengeluarkan pendapat) yang bercampur-aduk dengan urusan-urusan syari’at. Ini seperti munculnya istilah-istilah baru berkaitan jisim, bukan jisim, masa, tempat, dan alam. Permasalahan pertama yang mereka lontarkan kepada umum adalah soal status al-Qur’an adalah makhluk. Maka zaman ini disebut sebagai era ilmu kalam (teologi).” (Talbis Iblis, m/s. 87 – Maktabah Syamilah)

Sebenarnya mereka yang memiliki ideologi khawarij ini, dalam masa yang sama mereka juga mungkin membawa ideologi Murji’ah dan Muktazilah. Ini kerana mereka memfokuskan kesalahan hanya di pihak pemerintah semata-mata. Walau sekecil manapun perkara kemungkaran tersebut sekiranya berada di pihak pemerintah, mereka akan berusaha bersungguh-sungguh untuk membongkar dan mengkritiknya lalu menjadikannya sebagai bahan membantai pemerintah di pentas-pentas umum. Manakala di pihak mereka walau melakukan pelbagai kemungkaran termasuk syirik dan bid’ah, mereka akan membiarkan dan mendiamkannya. Bahkan di sisi mereka, kemungkaran boleh jadi halal atas tiket menentang kezaliman pemerintah. Mereka menganggap mengkritik dan mencerca pemerintah adalah suatu yang tidak memiliki kesalahan sama sekali selagi mana datangnya dari kelompok mereka. Mereka juga mengimani bahawa menyertai praktik sistem demokrasi yang ada hari ini adalah halal atau sekurang-kurangnya tidak akan memberi kesan dosa atas tiket (wasilah) menjatuhkan pemerintah yang mereka anggap sebagai jihad amar ma’ruf nahi mungkar.


Mereka juga boleh bersama sesiapa sahaja sama ada golongan yang fasiq, ahli bid’ah, pelaku syirik, atau penyembah berhala (ahlul autsan) atas fokus menentang pemerintah. Dan mereka tidak akan mengkritik sesiapa sahaja di pihak mereka dengan menganggapnya sebagai tidak ada apa-apa. Atau mungkin paling tinggi pun, akan bersikap basa-basi dan acuh tidak acuh dengan kesalahan teman-teman mereka. Sebaliknya akan menentang habis-habisan sesiapa sahaja yang berada di sisi pemerintah. Inilah bentuk-bentuk pemikiran murji’ah yang menyelinap dalam kelompok penentang pemerintah hari ini dari kalangan pembangkang atau pergerakan dakwah politik.


Setelah mereka bergelumang dengan ideologi khawarij dan murji’ah, dalam masa yang sama juga mereka akan mengambil kaedah-kaedah muktazilah iaitu mengedepankan akal dalam mentakwil nash-nash syari’at bagi menghalalkan segala bentuk perbuatan mungkar mereka. Demikianlah dahsyat dan rosaknya akar pemikiran khawarij. Inilah yang banyak berlaku dalam kalangan golongan pembangkang yang memusuhi pemerintah di pelbagai negara Islam hari ini.


Sebab itulah Imam asy-Syahrastani (Wafat: 548H) berkata dalam al-Milal wa an-Nihal:


والمرجئة: صنف آخر تكلموا في الإيمان والعمل إلا أنهم وافقوا الخوارج في بعض المسائل التي تتعلق بالإمامة


“al-Murji’ah adalah satu kelompok yang berbicara tentang iman dan amal, tetapi dalam masa yang sama kelompok ini sepakat dengan khawarij dalam beberapa perkara terutamanya tentang pemerintahan (imamah).” (al-Milal wa an-Nihal, 1/113 – Daar al-Ma’rifah)


Untuk melihat lebih lanjut berkaitan kecelaruan pemikiran khawarij moden ini, para pembaca boleh merujuk karya Syaikh ‘Abdul Malik Ramadhani al-Jaza’iri yang berjudul, Madarikun Nadzar fii as-Siyasah wa al-Ihfi’aalat al-Hamaasiyyah.


Dalam kitabnya tersebut Syaikh ‘Abdul Malik menukilkan sebahagian perkataan salaf yang menyatakan bahawa Khawarij adalah murji’ah dalam masa yang sama. Antara nukilan tersebut, “Murji’ah beranggapan tidak wajib mentaati pemerintah” sebagaimana disebutkan oleh Imam ash-Shabuni dalam Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits. Kemudian kata Imam Ahmad, “Bahawasanya Khawarij itulah murji’ah.” Kemudian beliau menukilkan - Termasuk di dalam sikap dan karektor pemikiran murji’ah adalah mereka mendiamkan kesesatan ahli bid’ah dan tidak membongkarnya. Sebaliknya mereka mencela dan memperlekehkan pula orang yang mengajarkan sunnah dan tauhid. Selain itu, beliau juga menyatakan bahawa murji’ah memiliki sikap bertoleransi dengan sesiapa sahaja sama ada dari kalangan ahli maksiat mahupun ahli bid’ah selagi mana bersama-sama kelompok mereka. Kenyataan ini beliau nukilkan daripada Majmu’ al-Fatawa oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyyah (12/467) dan Badai’u at-Tafsir oleh Ibnul Qayyim.


Kemudian beliau menyebutkan dengan kata-kata yang tegas:


ولا يَختلف اثنان أن هذا من أعظم الأسس التي يرتكز عليها دين الحركية؛ وهل ثَمَّ أحدٌ يُنكر مقولتهم: (ليَعذر بعضنا بعضاً فيما اختلفنا فيه، ولنعمل فيما اتَّفقنا عليه!!)، وقد بيّنت ـ في هامش قريب ـ من كلام حسن البنا أنهم يَعنون الاختلاف بإطلاق! قالوا هذا؛ لأنهم لو أخذوا يُنكرون على أهل البدع لضيَّعوا أكثر متبوعيهم الذين يمدّونهم في الغيّ!


“Tidak ada yang menyanggah bahawa kaedah seperti ini adalah prinsip (atau asas) utama bagi sebuah dakwah dalam harakah (atau parti) politik. Adakah sesiapa yang mempertikaikan bahawa merekalah yang mengatakan, “Marilah kita saling bertoleransi dalam apa yang diperselisihkan, dan marilah kita bekerjasama dalam perkara yang kita sepakati.” Telah saya jelaskan pada nota kaki sebelumnya daripada perkataan Hasan al-Banna bahawa maksud mereka adalah merujuk segala bentuk perselisihan! Mereka sengaja mencanangkan kaedah tersebut kerana apabila mereka menyanggah ahli bid’ah, maka akan bertempiaran larilah para pengikut mereka yang selama ini membantu mereka dalam kesesatan!” (Madarikun Nadzar fii as-Siyasah, m/s. 257)


Demikianlah syubhat dan celarunya pemikiran kelompok sesat penentang pemerintah bermazhab khawarij. Atas sebab itulah disebutkan daripada sebuah hadis bahawa Khawarij adalah anjing-anjing neraka.


Ini antaranya sebagaimana dalam hadis berikut:


عَنْ سَعِيدُ بْنُ جُمْهَانَ قَالَ لَقِيتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى وَهُوَ مَحْجُوبُ الْبَصَرِ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ قَالَ لِي مَنْ أَنْتَ فَقُلْتُ أَنَا سَعِيدُ بْنُ جُمْهَانَ قَالَ فَمَا فَعَلَ وَالِدُكَ قَالَ قُلْتُ قَتَلَتْهُ الْأَزَارِقَةُ قَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْأَزَارِقَةَ لَعَنَ اللَّهُ الْأَزَارِقَةَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُمْ كِلَابُ النَّارِ قَالَ قُلْتُ الْأَزَارِقَةُ وَحْدَهُمْ أَمْ الْخَوَارِجُ كُلُّهَا قَالَ بَلَى الْخَوَارِجُ كُلُّهَا قَالَ قُلْتُ فَإِنَّ السُّلْطَانَ يَظْلِمُ النَّاسَ وَيَفْعَلُ بِهِمْ قَالَ فَتَنَاوَلَ يَدِي فَغَمَزَهَا بِيَدِهِ غَمْزَةً شَدِيدَةً ثُمَّ قَالَ وَيْحَكَ يَا ابْنَ جُمْهَانَ عَلَيْكَ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ عَلَيْكَ بِالسَّوَادِ الْأَعْظَمِ إِنْ كَانَ السُّلْطَانُ يَسْمَعُ مِنْكَ فَأْتِهِ فِي بَيْتِهِ فَأَخْبِرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فَإِنْ قَبِلَ مِنْكَ وَإِلَّا فَدَعْهُ فَإِنَّكَ لَسْتَ بِأَعْلَمَ مِنْهُ

Daripada Sa’id B. Jumhan, beliau berkata, “Aku menemui ‘Abdullah B. Abi Aufa, ketika itu beliau tidak dapat melihat (buta). Kemudian aku mengucapkan salam kepadanya.


Beliau bertanya, “Siapakah engkau?” Aku menjawab, “Aku adalah Sa’id B. Jumhan.”

Beliau bertanya lagi, “Apakah yang dilakukan oleh ayahmu?” Aku menjawab, “Beliau telah dibunuh oleh (kaum) al-Azariqah.” Beliau pun berkata, “Semoga Allah melaknat kelompok al-Azariqah. Semoga Allah melaknat kelompok al-Azariqah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah menceritakan kepada kami, bahawa mereka adalah anjing-anjing neraka.”


Aku bertanya, “Adakah hanya kelompok al-Azariqah sahaja, atau merujuk kepada semua kaum Khawarij?” Beliau menjawab, “Ya, benar. Semua kaum Khawarij.”


Aku berkata, “Sesungguhnya para penguasa sedang menzalimi rakyat dan berbuat tidak adil kepada mereka.” Akhirnya Abdullah bin Abi Aufa memegang tanganku dan menggenggamnya dengan sangat erat, lalu beliau berkata, “Duhai celaka kamu wahai Ibnu Jumhan. Hendaklah kamu sentiasa bersama as-Sawadul A’dzam, hendaklah kamu sentiasa bersama as-Sawadul A’zham. Sekiranya engkau mahu penguasa tersebut mendengar nasihat kamu, maka datangilah rumahnya dan beritahulah kepadanya apa-apa yang kamu ketahui sehingga ia menerimanya. Jika tidak, maka tinggalkanlah, kerana kamu tidak lebih tahu daripada dia.” (Hadis Riwayat Ahmad, Musnad Ahmad, 32/157, no. 19415. Lihat tahqiq Syu’aib al-Arnauth. Majmu’ az-Zawa’id, 5/414, no. 9163. Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrani, dan para perawi Ahmad adalah perawi tsiqah.” Dinilai hasan oleh al-Albani, Dzilal al-Jannah, 2/143, no. 905 dan Abdus Salam Barjas dalam Mu’ammalatul Hukkam)


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:


مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ


“Sesiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir (Kiamat), hendaklah ia berkata yang baik-baik atau hendaklah ia diam.” (Hadis Riwayat al-Bukhari, 20/116, no. 5994)


Umar al-Bakkali pernah menyatakan:

إذا كانت عليكم أمراء يأمرونكم بالصلاة والزكاة، حلت لكم الصلاة خلفهم، وحرم عليكم سبهم


“Apabila kamu dipimpin oleh pemimpin yang memerintahkan kamu untuk solat dan mengeluarkan zakat, maka halal bagi kamu solat di belakang mereka, dan diharamkan ke atas kamu mencaci-maki mereka.”


Syaikh ‘Abdus Salam B. Barjas menyatakan tentang riwayat ini, “Menurut al-Hafiz dalam al-Ishabah, sanadnya sahih.” (Rujuk: Mu’ammalatul Hukkam fi Dhaw al-Kitab wa as-Sunnah)


Imam al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan:


عون السهمى اتيت ابا امامة فقال لا تسبوا الحجاج فانه عليك امير وليس على بامير

Daripada as-Sahmi katanya, “Aku mendatangi Aba Amamah, lalu beliau berkata:

“Janganlah kamu mencela (mengutuk dan menghina) al-Hajjaj, kerana beliau adalah penguasa bagi kamu dan bukan penguasa bagiku.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, at-Tarikh al-Kabir, 7/18, no. 83 - Maktabah Syamilah)

Abu Umamah tinggal di Syam, manakala as-Sahmi tinggal di Iraq yang mana pemimpin di Iraq ketika itu adalah al-Hajjaj B. Yusuf ats-Tsaqafi, gabernor kepada ‘Abdul Malik B. Marwan. Telah sedia maklum bahawa al-Hajjaj B. Yusuf ats-Tsaqafi ini adalah seorang pemimpin yang zalim, bengis, dan fasiq.

Syaikh ‘Abdul Malik Ramadhani al-Jaza’iri hafizahullah menegaskan:


وعلى كل حال فإن مجرَّد التحريض على السلطان المسلم ـ وإن كان فاسقا ـ صنعة الخوارج، قال ابن حجر في وصف بعض أنواع الخوارج: "والقَعَدية الذين يُزَيِّنون الخروجَ على الأئمة ولا يباشِرون ذلك"، وقال عبد الله بن محمد الضعيف: "قَعَدُ الخوارج هم أخبث الخوارج


“Apapun, walau hanya sekadar melakukan provokasi (menebar kebencian) terhadap pemerintah umat Islam walaupun pemerintah tersebut fasiq, ia telah layak dilabel khawarij. Ketika menjelaskan berkaitan beberapa pecahan kelompok khawarij, Ibnu Hajar berkata, “Di antaranya adalah al-Qa’adiyah, iaitu kelompok yang membuat provokasi (menebar kebencian) untuk keluar dari ketaatan terhadap pemerintah sedangkan mereka sendiri tidak terlibat secara langsung dalam pemberontakan tersebut.” ‘Abdullah B. Muhammad adh-Dhaif berkata, “Kelompok al-Qa’adiyah ini merupakan pecahan kelompok khawarij yang paling jijik.” (Madarikun Nadzar fii as-Siyasah, m/s. 266)


Sebab itulah antaranya Imam asy-Syaukani rahimahullah (Wafat: 1250H) menegaskan bahawa mereka yang menyebarkan kebencian terhadap para pemerintah wajib diambil tindakan supaya dia meninggalkan perbuatannya tersebut. Sekiranya dia berdegil, maka dia boleh dihukum penjara atau yang seumpamanya. Ini adalah sebagaimana kata beliau berikut:


ويؤدب من يثبط عنه" فالواجب دفعه عن هذا التثبيط فإن كف وإلا كان مستحقا لتغليظ العقوبة والحيلولة بينه وبين من صار يسعى لديه بالتثبيط بحبس أو غيره لأنه مرتكب لمحرم عظيم وساع في إثارة فتنة تراق بسببها الدماء وتهتك عندها الحرم وفي هذا التثبيط نزع ليده من طاعة الإمام


“Orang yang melakukan provokasi dan kekacauan (membakar emosi rakyat) untuk membenci pemerintah, mereka wajib diberi hukuman, maka yang diwajibkan adalah menghentikan perbuatannya (agar tidak timbul kekacauan). Jika mereka tidak juga berhenti dari melakukan kekacauan (provokasi tersebut), maka mereka berhak mendapat hukuman yang berat dan dipisahkan daripada orang-orang yang mereka provokasikan, sama ada dengan cara dipenjara atau selainnya. Ini adalah kerana mereka telah melakukan suatu perkara yang sangat-sangat diharamkan dan dalam masa yang sama telah berusaha menebar fitnah yang berpotensi mengakibatkan pertumpahan darah serta mencemarkan kehormatan yang menodai harga diri. Provokasi seperti inilah yang menyebabkan seseorang keluar dari ketaatan terhadap pemerintah.” (asy-Syaukani, as-Sailul Jarrar, 1/942 – Maktabah Syamilah)


Ini kerana perbuatan mencela dan dan melaungkan kebencian terhadap pemerintah ini mengandungi larangan yang berat dan akibat yang buruk. Ia termasuk salah satu ciri kebid’ahan khawarij. Bahkan tidak sedikit para pemerintah yang terbunuh akibat dari perbuatan provokasi dan kritikan secara terbuka yang kemudiannya melahirkan bibit pemberontakan. Di antaranya adalah dari kalangan khulafa’ur Rasyidin sendiri seperti khalifah ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu. Di mana sebab utama terbunuhnya ‘Utsman radhiyallahu ‘anhu adalah apabila gabernornya mula dicela. Secara automatik, ia memberi kesan kepada beliau sebagai orang yang bertanggungjawab melantik mereka. Fitnah-fitnah kebencian terhadap ‘Utsman juga turut disebarkan sehingga keadaan menjadi kacau-bilau. Akhirnya ‘Utsman pun dibunuh.

Dari semua ini, seharusnya kita sedar dan tidak menyia-nyiakan masa yang ada dengan menyibukkan diri menentang pemerintah. Sebaliknya hendaklah kita melazimi ilmu yang benar demi memahami sebuah manhaj yang murni dan haq iaitu ahlus sunnah wal-jama’ah yang berdiri di atas nash-nash al-Qur’an, al-hadis, dan kefahaman salafus soleh.

Wallahu a’lam...