Selasa, Jun 19, 2012

Membela Sunnah, Menolak Syiah !


Kisah Seorang Wanita Pengikut Syiah .......

 
 
 
 
 
 
 
3 Votes












Wanita berjilbab dari Wisma Fatimah di Jl. Alex Kawilarang 63 Bandung Jawa Barat yang mengidap penyakit kotor gonorhe (kencing nanah) akibat nikah mut’ah. Seperti dilaporkan oleh LPPI yang berkasnya disampaikan ke Kejaksaan Agung dan seluruh gubernur, mengutip ASA (Assabiqunal Awwalun) edisi 5, 1411H, hal. 44-47 dengan judul “ Pasien Terakhir “,  seperti yang dimuat buku Mengapa Menolak Syi’ah halaman 270-273.
Berikut ini kisah selengkapnya:
Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dikota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboratorium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vaginal discharge).~
Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Diujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan acne vulgaris (jerawat) yang ia alami.
Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya  satu persatu pasien berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucapkan salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.
Sejenak dokter Hanung menatap pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboraturium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboraturium. Rasanya adalah hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan sexsual.
Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamnese lagi secara cermat.
+  “Saudari masih kuliah?”
-   “Masih dok”

+  “Semester berapa?”
-   “Semester tujuh dok!”
+  “Fakultasnya?”
-   “Sospol”
+  “Jurusan komunikasi massa ya?”
Kali ini ganti pasien terakhir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.
-   “Kok dokter tahu?”
+  “Aah,….tidak, hanya barangkali saja!”
Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.
+  “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?
Pasien terakhir itu nampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.
-  “Ada apa sih Dok…..kok tanya macam-macam?”
+  “Aah enggak,……..barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang  saudari derita!”
Pasien terakhir ini tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal dia menjawab.
-  “Saya dari Pekalongan”
+  “Kost-nya?”

-  “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”
+  “Di kampus sering mengikuti kajian Islam yaa”
-  “Ya,..kadang-kadang Dok!”
+  “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”
Sekali lagi pasien terakhir itu menatap dokter Hanung.
-  “Bang Jalal siapa?”
Tanyanya dengan nada agak tinggi.
+  “Tentu saja Jalaluddin Rachmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia….kalau        di Yogya ada Bang Jalal Muksin”
-  “Yaa,…….kadang-kadang saja saya ikut”
+  “Di Pekalongan,……(sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”
Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-pertanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai. Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata.
-  “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…………..”
Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.
+  “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”
-  “Sakit apa dok?”
Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat Penasaran.
+  “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboraturium semuanya menyokong diagnosis gonorhe, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”
Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,
-  “Tidak mungkin!!!”
Dia lantas terduduk dikursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandangan matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi. Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jeritan pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.
Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkit perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah.
Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.
+  “Bagaimana saudari… penyakit yang anda derita ini tidak mengenai kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya ini tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti anda. Kalau itu masa lalu anda baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah,….atau mungkin ada kemungkinan yang lain,…?”
Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu.
Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.
-  “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya !” Katanya terbata-bata
+  “Terserah saudari,…….tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

-  “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada didalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”
+  “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,….tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”
Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasiennya itu.
+  “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,…….. sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”
-  “Tidak dokter,…….selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at Islam,…..saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter”
Dokter Hanung mengerutkan keningnya mendengar jawaban pasiennya. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisisnya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh pasiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi,……..
+  “Barangkali anda biasa kawin mut’ah??
Pasien terakhir itu mengangkat muka,
-  “Iya dokter! Apa maksud dokter”?
+  “Itu kan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!

-   “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam dok! Pasien itu membela diri.
+   “Ooo,…Jadi begitu,…kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut ajaran Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.
-  “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”
Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasiennya yang tidak mempunyai aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.
+  “Terserah apa kata saudari membela diri,… anda lanjutkan petualangan seks anda, dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.
-  “Ma..maaf, Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”
Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasiennya yang terbata-bata itu.
+  “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,… sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.
-  “Ba…baik , Dok, …Insya Allah akan saya hentikan!”
Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien terakhir itu, kemudian menyodorkan kepadanya.
-  “Berapa Dok?”
+  “Tak usahlah,….saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan dari Rosulullah. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.
Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung
-   “Terima kasih Dok,…….permisi”
Perempuan itu kembali melangkah satu-satu dipelataran rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang ditelan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran disore itu
( sumber : Syiahindonesia.com
Membela Sunnah, Menolak Syiah)

Isnin, Jun 18, 2012

Kenapa fahaman Syiah ?


Syiah adalah agama politik ...........

Fathul Bari Mat Jahaya
Fathul Bari Mat Jahaya
Bagaimana ajaran Syiah disebarkan
Bagaimana ajaran Syiah disebarkan






















Fahaman Syiah yang dibawa masuk ke negara ini berpaksi kepada kecenderungan untuk mengkafirkan sahabat Nabi dan golongan ini perlu dikekang.

Pengerusi Jawatankuasa Kerja Sekretariat Ulama Muda Malaysia, Fathul Bari Mat Jahaya berkata, Syiah jenis ini yang dianuti majoriti di dunia dianggap sangat berbahaya.
“Syiah berbahaya, bukan setakat biasa tetapi sangat-sangat berbahaya. Mereka ahli bidaah paling besar apabila mengkafirkan sahabat Nabi,” tegasnya.

Fathul Bari berkata, sejak kemunculan Syiah pada zaman Khalifah Uthman bin Affan dan Ali bin Abi Talib, demonstrasi pertama dalam Islam adalah berasaskan ideologi Syiah.
“Syiah adalah agama politik. Ia membawa ideologi taksub, fanatik, ghulu' (melampau) dan memiliki ideologi Khawarij yang sentiasa tidak berpuas hati dengan sesiapa sahaja yang memerintah, kecuali pemimpin berakidah seperti mereka. Itu sebab mereka adalah agama politik,” katanya.

Menurutnya, realiti dunia hari ini juga membuktikan bagaimana Syiah menentang dan berusaha menggulingkan kerajaan di negara di mana terdapat penganutnya seperti di Timur Tengah.
"Dua tahun lalu, puak Syiah telah datang secara berkumpulan dan memijak-mijak kubur sahabat Nabi di perkuburan Baqi' di Madinah. Bagaimana kita hendak menerima mereka?" soalnya.
Fathul Bari berkata, sukar untuk mencari titik persamaan antara ahli Sunnah dan Syiah.
“Apa perasaan kita, kalau orang kafirkan sahabat Nabi. Kafirkan Abu Bakar, Umar dan Uthman yang kita tahu bahawa Abu Bakar menjadi peneman Nabi ketika Hijrah. Orang (Abu Bakar) yang percaya semua apa Nabi sebut.

Bapa mertua Nabi yang korbankan keseluruhan kehidupan- nya untuk jalan Allah SWT.
“Sahabat yang terlalu menyayangi Nabi, yang bersama-sama bersembunyi dengan Nabi di dalam Gua Thur, yang begitu bimbang akan keselamatan Nabi sedangkan dirinya tidak dihiraukan sama sekali.

Dalam peristiwa Thaif,  siapa yang peluk Nabi daripada balingan batu penduduk yang menolak kehadiran Rasulullah SAW? Abu Bakar peluk Nabi hingga darah meleleh pada tubuhnya.
“Bagaimana kita hendak cari titik temu atau duduk sekali dengan orang yang mengkafirkan Abu Bakar? Ini baru bercakap mengenai sahabat Nabi, belum lagi masuk dalam hal yang lain,” kata Fathul Bari.
Menurutnya, umat Islam di negara ini yang berpegang kepada mazhab Ahlul Sunnah Wal Jamaah perlu berhati-hati dengan Syiah yang mana penganutnya dibenarkan untuk mengamalkan pegangan mereka secara
'taqiyyah' iaitu menyembunyikan akidah dan menzahirkan sesuatu yang sesuai dengan realiti masyarakat setempat.

“Oleh sebab itu, mereka boleh hidup di mana-mana walaupun mereka sebenarnya mereka adalah agama politik.

Dalam rukun Islam dan Iman mereka ada (menyatakan) beriman kepada pemerintahan mereka. 
“Imam mesti daripada kalangan mereka dan selainnya tidak akan diiktiraf,” katanya. Menurut Fathul Bari, Syiah juga mempunyai Imam Mahdi versi mereka sendiri iaitu Imam Mahadi Al Muntazar, imam yang ke-12 bagi dalam senarai Imam yang dipegang oleh penganut Syiah Imamiyah.

“Imam Mahdi versi kita lain. Imam tersebut dibahaskan ulama dalam kitab hadis yang sahih.
Syiah tidak terima kitab dan hadis kita. Mereka bawa satu hadis yang menyamakan imam mereka setaraf dengan malaikat serta Nabi yang diutus (Allah). Akidah apa ini? Itu sebab bahaya," katanya. 

Kenapa Syiah ?


Syiah menular secara senyap ....

Syiah menular secara senyap
Syiah menular secara senyap














Difahamkan terdapat 200 juta pengikut Syiah di seluruh dunia. Di Malaysia, anutan ini dipercayai sedang berkembang.Untuk mengenali Syiah, perlu difahami bahawa ia terbahagi kepada tiga golongan iaitu al-Tasyaiyu’, al- Mufadhdhila dan al-Rafidhah.

Pada asasnya, Syiah dianggap golongan yang memberikan wala' (taat setia) melampau kepada Saidina Ali bin Abi Talib serta keturunannya sekali gus menafikan kemuliaan Khalifah Ar Rasyidin yang lain iaitu Saidina Abu Bakar Assidiq, Umar Al Khattab dan Saidina Usman Ibn Affan.

Turut termasuk dalam kumpulan yang ditentang oleh Syiah ialah Saidatina A'isyah, iaitu isteri kesayangan Rasulullah SAW sendiri.
Selain itu ada juga telahan bahawa penentangan ini bukan sekadar membenci, malah sampai ke tahap kafir mengkafir.

Namun, daripada tiga golongan Syiah ini, hanya al-Rafidhah yang menolak Abu Bakr, Umar dan Usman.

Al-Tasyaiyu' pula adalah golongan yang bersimpati dan menyebelahi Saidina Ali dalam Perang Siffin antara Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan pada 657 Masihi.
Rasa simpati ini turut terkait dengan peristiwa Karbala yang berlaku pada 10 Muharam tahun 61 Hijrah (680 Masihi) apabila anak Saidina Ali, Saidina Husain diserang dan dibunuh oleh tentera Yazid bin Muawiyah di Karbala, Iraq.
Sejak itu, pada setiap 10 Muharram, penganut Syiah akan melakukan upacara memukul diri sendiri dengan 'qamezani' iaitu sejenis pisau seakan pedang atau rantai besi sebagai tanda meratapi pembunuhan Saidina Husain dengan kejam pada tarikh tersebut.

Al-Mufadhdhila pula, meskipun mereka meletakkan kedudukan Saidina Ali dan keturunannya lebih mulia dan lebih tinggi daripada sahabat lain, namun mereka tetap mengiktiraf kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Usman.

Mereka juga tidak sampai mencela sahabat-sahabat kesayangan Rasulullah SAW itu. Daripada tiga golongan ini, hanya al-Rafidhah sahaja yang secara terangterangan menafikan kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Usman kerana mereka menganggap, selepas kewafatan Rasulullah, orang yang layak menggantikan baginda ialah Ali, diikuti keturunannya.
Ini sekali gus menyebabkan timbul tanggapan kononnya pelantikan mereka yang selain Ali dan keturunannya adalah salah dan mereka yang mematuhinya didakwa sesat. Meskipun Syiah lebih cenderung untuk dikaitkan dengan Saidina Ali dan keturunannya, namun kewujudan Syiah dikatakan lebih dahulu daripada itu.
Malah ada versi yang mengaitkan kewujudan kumpulan itu dengan Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang berpura-pura memeluk Islam dengan misi mahu menghancurkan Islam dari dalam (munafik).
Namun, Abdullah bin Saba' hanya seorang individu dan ini bukan faktor yang kuat bagi perkembangan Syiah hingga ke hari ini.
Faktor lain yang lebih kuat ialah kaitannya dengan sejarah Parsi sehingga melahirkan negara Syiah, Iran yang paling kuat pada masa ini.
Kegemilangan empayar Parsi berakhir pada era pemerintahan Khalifah Umar al Khattab. Orang Parsi yang sebelum itu beragama Majusi (Zoroastrian) mulai menerima Islam antara 637 hingga 651 Masihi.

Meskipun ramai yang ikhlas memeluk Islam, namun ada juga yang berdendam. Ada versi mendakwa mereka yang berdendam ini mendalangi misi pembunuhan Saidina Umar selain mencetuskan bibit kebencian sehingga terjadi pembunuhan Saidina Usman.

Misi membalas dendam ini dikatakan diatur bersama kumpulan Abdullah bin Saba'. Ketika Saidina Ali mengambil alih tampuk pemerintahan, berlaku kekecohan dalam menentukan siasatan dan hukuman terhadap pembunuh Saidina Usman.

Kumpulan diketuai Saidina Ali berpendapat, kekecohan perlu diredakan segera, kemudian barulah siasatan dilakukan untuk menjejak pembunuh Usman.
Namun kumpulan yang kedua diketuai Muawiyah, Gabenor Syria pada masa itu sebaliknya mahu pembunuh Usman segera dihukum, barulah umat Islam dapat disatukan.

Pertelingkahan ini akhirnya membawa kepada Perang Jamal dan Perang Siffin, perang saudara yang terawal berlaku dalam Islam.
Kumpulan dari Parsi ini bersungguh- sungguh menyokong kumpulan Saidina Ali kerana putera baginda, Husain berkahwin dengan puteri Parsi, Syahr Banu.
Demikianlah dikatakan pertalian awal antara Syiah dengan pewaris empayar Parsi bermula.
Di negara ini, ajaran Syiah boleh diamalkan namun tidak boleh disebarkan. Bagaimanapun hakikatnya, ia sedang berkembang sehingga mencetuskan kebimbangan pihak berkuasa dan kumpulan pendokong Ahl Sunnah Wal Jamaah yang sejak sekian lama menjadi anutan rakyat Malaysia.

Selasa, Jun 12, 2012

JUJUR itu membawa kepada KEBAIKAN..





KEBAIKAN itu membawa kepada JANNAH/SURGA, DUSTA membawa kepada KEBURUKAN
KEBURUKAN membawa kepada NERAKA ....... 


Rasulullah saw bersabda:” Kalian harus jujur kerana sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta kerana sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka.

Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim,6586) ~~ Sekali seseorang DUSTA..maka ia akan melakukan kedustaan kedustaan yang lainnya… Sekali berdusta,maka untuk menutupi kedustaannya,ia BERDUSTA LAGI..DAN LAGI..TERUSSSS SAJA BERDUSTA.. Hingga ia akan dicap sebagai PENDUSTA…TUKANG BOHONG.. Naudzubillahi mindzalik… ~~”Supaya Allah memberikan balasan kepada orang orang yang benar/JUJUR itu karena kebenarannya/KEJUJURANNYA,dan MENYIKSA orang MUNAFIK jika dikehendakiNYA atau menerima TAUBAT mereka.Sesungguhnya Allah adalah maha Pengampun lagi maha Penyayang” [Al Ahzab 24]


Segeralah bertaubat,dan memohon maaf kepada orang yang didustakan… Wallahu a’lam.. Hamba yang memiliki sifat JUJUR akan selalu DIPERCAYA oleh orang lain. Sebagaimana nabi Muhammad saw beliau DIPERCAYA BANYAK ORANG karena KEJUJURANNYA. JUJUR adalah salah satu SIFAT RASULULLAH SAW. JUJUR adalah salah satu modal meraih KESUKSESAN

”Barangsiapa bisa melaksanakan hal ini/JUJUR niscaya hidupnya akan MUJUR .Orang yang berkata JUJUR akan mendapatkan 3 hal;KEPERCAYAAN,CINTA,DAN KEHORMATAN” [Ali bin Abi Thalib]~~ ~~ Ada 3 DUSTA YANG DIBOLEHKAN.

Dari Ibnu Ummu Kaltsum binti Uqbah,ia berkata;”TIDAK pernah aku mendengar dari Rasulullah saw yang MEMBOLEHKAN BERBOHONG dalam suatu hal.Kecuali dalam 3 hal,Rasulullah saw pernah bersabda;”Tidak aku anggap berbohong;Laki laki yang MENDAMAIKAN antara manusia dengan mengatakan satu perkataan yang tidak ada tujuannya selain PERBAIKAN.Dan juga laki laki yang berkata dalan PERANG.Dan laki laki yang BERBOHONG dengan isterinya” [HR Abi Dawud 4753,hr bUKHARI,Muslim,Tirmidzi,dan Nasai]