Rabu, Julai 27, 2011

PEDANG MILIK NABI MOHAMAD SAW

Ini adalah pedang-pedang yang pernah dipakai oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya untuk berdakwah, jumlah total pedang yang pernah digunakan ada 9 buah.

Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Juga dikenal sebagai ‘Ma’thur Al-Fijar’ adalah pedang yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sebelum dia menerima wahyu yang pertama di Mekah. Pedang ini diberi oleh ayahnya, dan dibawa waktu hijrah dari Mekah ke Medinah sampai akhirnya diberikan bersama-sama dengan peralatan perang lain kepada Ali bin Abi Thalib.

Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 99 cm. Pegangannya terbuat dari emas dengan bentuk berupa 2 ular dengan berlapiskan emeralds dan pirus. Dekat dengan pegangan itu terdapat Kufic ukiran tulisan Arab berbunyi: ‘Abdallah bin Abd al-Mutalib’.

2. Al 'Adb


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).

Al-’Adb, nama pedang ini, berarti “memotong” atau “tajam.” Pedang ini dikirim ke para sahabat Nabi Muhammad SAW sesaat sebelum Perang Badar. Dia menggunakan pedang ini di Perang Uhud dan pengikut-pengikutnnya menggunakan pedang ini untuk menunjukkan kesetiaan kepada Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di masjid Husain di Kairo Mesir.

3. Dhu Al Faqar


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Dhu Al Faqar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan pada waktu perang Badr. Dan dilaporkan bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan pedang ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang kemudian Ali mengembalikannya ketika Perang Uhud dengan bersimbah darah dari tangan dan bahunya, dengan membawa Dhu Al Faqar di tangannya.
Banyak sumber mengatakan bahwa pedang ini milik Ali Bin Abi Thalib dan keluarga. Berbentuk blade dengan dua mata.

4. Al Battar


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami, Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Al Battar adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Pedang ini disebut sebagai ‘Pedangnya para nabi‘, dan di dalam pedang ini terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi :
‘Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Musa AS, Nabi Harun AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Zakaria AS, Nabi Yahya AS, Nabi Isa AS, Nabi Muhammad SAW’.
Gambar ukiran nama-nama para nabi di dalamnya :

Di dalamnya juga terdapat gambar Nabi Daud AS ketika memotong kepala dari Goliath, orang yang memiliki pedang ini pada awalnya. Di pedang ini juga terdapat tulisan yang diidentifikasi sebagai tulisan Nabataean.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 101 cm. Dikabarkan bahwa ini adalah pedang yang akan digunakan Nabi Isa AS kelak ketika dia turun ke bumi kembali untuk mengalahkan Dajjal.

5. Hatf


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992)
Hatf adalah sebuah pedang Nabi Muhammad SAW sebagai hasil rampasan dari Banu Qaynaqa. Dikisahkan bahwa Nabi Daud AS mengambil pedang ‘Al Battar’ dari Goliath sebagai rampasan ketika dia mengalahkan Goliath tersebut pada saat umurnya 20 tahun.
Allah SWT memberi kemampuan kepada Nabi Daud AS untuk ‘bekerja’ dengan besi, membuat baju baja, senjata dan alat perang, dan dia juga membuat senjatanya sendiri. Dan Hatf adalah salah satu buatannya, menyerupai Al Battar tetapi lebih besar dari itu.
Dia menggunakan pedang ini yang kemudian disimpan oleh suku Levita (suku yang menyimpan senjata-senjata barang Israel) dan akhirnya sampai ke tangan Nabi Muhammad SAW. Sekarang pedang ini berada di Musemum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade, dengan panjang 112 cm dan lebar 8 cm.

6. Al Mikhdham


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Ada yang mengabarkan bahwa pedang ini berasal dari Nabi Muhammad SAW yang kemudian diberikan kepada Ali bin Abi Thalib dan diteruskan ke anak-anaknya Ali. Tapi ada kabar lain bahwa pedang ini berasal dari Ali bin Abi Thalib sebagai hasil rampasan pada serangan yang dia pimpin di Syria.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 97 cm, dan mempunyai ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Zayn al-Din al-Abidin’.

7. Al Rasub


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Ada yang mengatakan bahwa pedang ini dijaga di rumah Nabi Muhammad SAW oleh keluarga dan sanak saudaranya seperti layaknya bahtera (Ark) yang disimpan oleh bangsa Israel.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 140 cm, mempunyai bulatan emas yang didalamnya terdapat ukiran tulisan Arab yang berbunyi: ‘Ja’far al-Sadiq’.

8. Al Qadib


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Al-Qadib berbentuk blade tipis sehingga bisa dikatakan mirip dengan tongkat. Ini adalah pedang untuk pertahanan ketika bepergian, tetapi tidak digunakan untuk peperangan.
Ditulis di samping pedang berupa ukiran perak yang berbunyi syahadat:
“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad Rasul Allah – Muhammad bin Abdallah bin Abd al-Mutalib.”
Tidak ada indikasi dalam sumber sejarah bahwa pedang ini telah digunakan dalam peperangan. Pedang ini berada di rumah Nabi Muhammad SAW dan kemudian hanya digunakan oleh khalifah Fatimid.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Panjangnya adalah 100 cm dan memiliki sarung berupa kulit hewan yang dicelup.

9. Qal’a


Foto diambil oleh Muhammad Hasan Muhammad al-Tihami,
Suyuf al-Rasul wa ‘uddah harbi-hi(Cairo: Hijr, 1312/1992).
Pedang ini dikenal sebagai “Qal’i” atau “Qul’ay.” Nama yang mungkin berhubungan dengan tempat di Syria atau tempat di dekat India Cina. Ulama negara lain bahwa kata “qal’i” merujuk kepada “timah” atau “timah putih” yang di tambang berbagai lokasi.
Pedang ini adalah salah satu dari tiga pedang Nabi Muhammad SAW yang diperoleh sebagai rampasan dari Bani Qaynaqa. Ada juga yang melaporkan bahwa kakek Nabi Muhammad SAW menemukan pedang ini ketika dia menemukan air Zamzam di Mekah.
Sekarang pedang ini berada di Museum Topkapi, Istanbul. Berbentuk blade dengan panjang 100 cm. Didalamnya terdapat ukiran bahasa Arab berbunyi: “Ini adalah pedang mulia dari rumah Nabi Muhammad SAW, Rasul Allah.”
Pedang ini berbeda dari yang lain karena pedang ini mempunyai desain berbentuk gelombang.

1. Al Ma’thur

SEMOGA IBADAHKU DALAM REDAMU.. YA ALLAH.


Mata kadang salah melihat....
Mulut kadang salah berucap....
Hati kadang salah menduga.....
Maafkan segala kekhilafan yang pasti ada....   
 
                                                                                                
                                                  MARHABAN YAA RAMADHAN

Assalaamu'alaikum wr.wb..
Marhaban ya Ramadhan,
Bulan di mana nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal kita diterima dan do'a kita diijabah,
  Sungguh cantik kain plekat,
dipakai orang pergi ke pekan.
Puasa Ramadhan semakin dekat,

silap dan salah mohon dimaafkan
Berharap padi dalam lesung,
yang ada cuma rumpun jerami,
harapan hati bertatap langsung,

cuma terlayang e-mail ini.
Sebelum cahaya syurga padam,
Sebelum hidup berakhir,
Sebelum pintu t
aubat tertutup,
Sebelum Ramadhan datang,
saya mohon maaf lahir dan bathin....
Taqqobalahu Minna Waminkum, Taqoballahu Ya Karim,
Marhaban Ya Ramadhan
Allaahumma baariklanaa fi Sya'ban wa ballighnaa Ramadhan
Aminn.
" Do'a  Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan "
"Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
* Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
* Tidak berma'afan terlebih dahulu antara suami istri;
* Tidak berma'afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan Amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang meng-amiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum'at.

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA
 
SEMOGA KITA DAPAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DENGAN OPTIMAL, AAMIN.
 
Wassalamu'alaikum Wr Wb,

Selasa, Julai 26, 2011

Hukum Puasa



Anak Bulan RAMADHAN

Firman Allah Ta’ala :

Maksudnya : “ Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa ”.
(Surah Al-Baqarah Ayat 183)

Pengertian Puasa

Ertinya menahan diri dari makan dan minum dan dari segala perbuatan yang boleh membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari.

Hukum – Hukum Puasa

  1. Wajib
  2. Sunat
  3. Makruh
  4. Haram

Puasa wajib :

Puasa yang dilakukan dalam bulan Ramadhan, qada’ puasa Ramadhan,puasa kifarah & puasa nazar.

Puasa Sunat :

  1. Puasa dalam bulan Sya’ban
  2. Puasa 6 hari dalam bulan Syawal
  3. Puasa Arafah pada 9 zulhijjah
  4. Puasa hari Tasu’a dan‘Asyura pada 9 dan 10 Muharram
  5. Puasa pada hari Isnin dan Khamis
  6. Puasa tiga hari daripada tiap-tiap bulan pada 13,14 dan 15
  7. Puasa satu hari berbuka satu hari
  8. Puasa lapan hari daripada bulan Zulhijjah sebelum hari Arafah bagi orang yang sedang mengerjakan haji atau tidak.
  9. Puasa dalam bulan–bulan haram iaitu bulan Zulkaedah,Zulhijjah,Muharram dan Rejab

Puasa Makruh :

  1. Menentukan hari untuk berpuasa seperti jumaat sahaja,Sabtu & Ahad sahaja
  2. Berpuasa sepanjang tahun

Puasa Haram :

  1. Puasa sunat seorang perempuan tanpa izin suaminya
  2. Puasa pada hari syak iaitu pada hari 30 Sya’ban
  3. Puasa pada hari raya aidil fitri,hari raya aidil adha dan hari-hari Tasyrik
  4. Puasa perempuan haid & Nifas
  5. Puasa bagi orang yang bimbang berlakunya mudharat ke atas dirinya kerana berpuasa

    Syarat-syarat Puasa

    Terbahagi kepada 2 :
    1. Syarat-syarat wajib
    2. Syarat-syarat sah

    Syarat wajib

    1. Islam
    2. baligh
    3. berakal
    4. berupaya(sihat)
    5. bermukim

    Syarat Sah

    1. Islam
    2. Berakal
    3. Bersih daripada haid & Nifas sepanjang hari
    4. Niat

    Rukun Puasa

    1. Niat Menahan diri dari makan & minum serta perkara-perkara yang membatalkannya
    2. Masa Puasa Puasa bermula dari terbit fajar hingga terbenam matahari

    Faedah Puasa

    1. Melahirkan perasaan belas kasihan terhadap golongan miskin
    2. Mendidik nafsu & jiwa kearah kebaikan
    3. Dapat merasai apa yang ditanggung oleh golongan miskin
    4. Puasa merupakan perbuatan taat kepada Allah
    5. Mendidik budi pekerti untuk memiliki sifat-sifat terpuji
    6. Puasa mengajar seseorang supaya beramanah terhadap diri sendiri
    7. Puasa mengajar kesabaran dan berperaturan
    8. Puasa menyebarkan perasaan kasih sayang dan persaudaraan dalam jiwa manusia

    Sunat-sunat puasa

    1. Makan Sahur serta melambatkannya
    2. Menyegerakan berbuka puasa & sunat berbuka dengan buah kurma atau benda-benda yang manis
    3. Menjamu orang-orang yang berbuka puasa
    4. Mandi junub,haid dan nifas sebelum fajar
    5. Memperbanyakkan ibadah dan berbuat kebaikan
    6. Membaca Al-Quran
    7. Beriktikaf terutama 10 hari terakhir bulan Ramadhan

    Perkara makruh ketika berpuasa

    1. Berbekam
    2. Mengeluarkan darah
    3. Berkucup
    4. Merasa makanan
    5. Bersugi selepas gelincir matahari
    6. Mencium wangian

    Perkara yang membatalkan puasa

    1. Memasukkan sesuatu ke dalam rongga dengan sengaja kecuali terlupa
    2. Makan dan minum sepanjang hari
    3. Muntah dengan sengaja
    4. Bersetubuh atau keluar mani dengan sengaja
    5. Keluar darah haid dan nifas
    6. Gila
    7. Pitam atau mabuk sepanjang hari
    8. Murtad

    Keuzuran yang mengharuskan berbuka puasa

    1. Musafir
    2. Sakit
    3. Mengandung dan Ibu yang menyusukan anak
    4. Tua

    Keistimewaan Bulan Ramadhan

    1. Bulan yang mulia,berkat dan setiap doa akan dimakbulkan
    2. Al-Quran diturunkan dalam bulan ini
    3. Iblis dipenjarakan
    4. Terdapat malam yang mulia iaitu malam Lailatul qadar.
    5. Solat tarawikh dan zakat fitrah dilaksanakan. 

    Menghormati Bulan Ramadhan

    1. Kita hendaklah mengelakkan diri daripada kebiasaan yang boleh merugikan diri kita seperti berbelanja dengan boros,suka berhibur,membuang masa dan bersembang tentang perkara-perkara yang tidak mendatangkan faedah sebaliknya hendaklah kita menyambut Ramadhan dengan azam yang tinggi untuk memperbanyakkan ibadat bagi menyucikan jiwa.
    2. Kita hendaklah berusaha menyediakan diri untuk menjaga benih-benih amal yang kita tanam di bulan Ramadhan kerana seseorang yang menanam benih jika tidak membaja,menyiram serta memelihara pasti tidak akan mengeluarkan hasil yang baik di masa hadapan.

    Niat Puasa dan Qadha’ Puasa Ramadhan

    1. Lafaz niat puasa fardhu Ramadhan : Ertinya : Sahaja aku puasa esok hari menunaikan fardhu Ramadhan tahun ini kerana Allah Taala.
    2. Lafaz niat puasa Qhada’ Ramadhan : Ertinya :  Sahaja aku puasa esok hari kerana ganti fardhu Ramadhan kerana Allah Taala.
    Doa Ketika Berbuka Puasa
    Ertinya : Ya Tuhanku keranamu jua aku berpuasa dan denganmu aku beriman dan di atas rezekimu aku berbuka dengan belas kasihanmu Ya Allah yang amat mengasihani.

    Qada’ Puasa Ramadhan

    Ialah menggantikan puasa yang terbatal pada bulan Ramadhan diatas sebab-sebab yang diharuskan berbuka oleh syara’

    Hukum Qada’ Puasa Ramadhan

    Wajib menggantikan puasa Ramadhan bagi yang membatalkan puasa Ramadhannya samaada kerana keuzuran ataupun tanpa sebarang keuzuran
    Firman Allah Ta’ala :
    Maksudnya : “(Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”.
    (Surah Al-Baqarah Ayat 184)

    Waktu Qada’ Puasa Ramadhan

    1. Waktunya selepas bulan Ramadhan sehingga ke bulan Ramadhan yang berikutnya walaubagaimanapun qada’ puasa yang dilakukan dalam masa dilarang berpuasa adalah tidak sah contohnya seperti di hari raya.
    2. Adapun bagi orang yang mengakhirkan qada’ Ramdhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi maka ia wajib qada’ dan membayar fidyah.

    Kifarah Puasa

    Ialah seseorang yang merosakkan puasanya dalam bulan Ramadhan dengan jalan melakukan jima’ maka ia wajib membayar kifarah (denda) iaitu si suami wajib mengeluarkan kifarah & qada’ puasa yang terbatal kerana jima’ walaubagaimanapun si isteri tidak wajib mengeluarkan kifarah tetapi wajib qada’ puasa yang terbatal.
    Kifarah bagi puasa yang batal atau rosak ialah :
    1. Membebaskan seorang hamba yang beriman
    2. Jika tiada hamba untuk dibebaskan, wajib ke atasnya  berpuasa 2 bulan berturut-turut
    3. Jika tidak mampu berpuasa, wajib dia memberikan makan 60 orang fakir miskin setiap seorang mendapat secupak makanan asasi negeri itu.

    Fidyah

    Ialah bayaran denda dengan memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) dengan sebab-sebab tertentu atau mengakhirkan qada’ Ramadhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi. Satu cupak bersamaan dengan 620 gram.

    Hukum Fidyah

    Wajib di keluarkan berdasarkan Firman Allah Ta’ala :
    Maksudnya : “(Puasa yang diwajibkan itu ialah) beberapa hari yang tertentu maka sesiapa diantara kamu yang sakit atau dalam musafir (bolehlah ia berbuka) kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain dan wajib ke atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tuanya dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin (secupak bagi tiap-tiap satu hari yang tidak dikerjakan puasa) maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang di tentukan itu maka itu adalah suatu kebaikan baginya dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu (daripada memberi fidyah) kalau kamu mengetahui ”.
    (Surah Al-Baqarah Ayat 184)

    Sebab-sebab wajib Fidyah

    1. Tidak mampu melakukan ibadah puasa
    2. Sakit yang tidak mampu untuk sembuh
    3. Perempuan hamil atau menyusukan anak iaitu jika berpuasa mendatangkan mudharat kepada anak yang di kandung dan boleh mengurangkan air susu
    4. Mengakhirkan qada’ Ramadhan tanpa uzur sehingga Ramadhan yang berikutnya datang lagi.


    Rabu, Julai 20, 2011

    Hukum Jenayah Islam

    1. Pengertian Jenayah Melakukan sesuatu perkara yang ditegah oleh Allah S.WT. atau meninggalkan sesuatu perkara yang disuruh olehNya.
    2. Falsafah Jenayah Peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah S.WT. untuk dilaksanakan dalam sesebuah negara bagi menjamin keadilan dan keselamatan ummah.

    Hukum-Hukum Jenayah Islam

    Hukum-hukum jenayah Islam terbahagi kepada
    1. HukumHudud
    2. HukumQisas
    3. Hukum Ta’zir

    Hukum Hudud

    1. Pengertian Hudud
      1. Dan segi bahasa hudud bererti menahan atau mencegàh
      2. Dan segi segi istilah hudud ditakrifkan sebagai keseksaan yang telah ditetapkan oleh nas-nas Al-Quran dan AsSunnah yang wajib dilaksanakan sebagai hak Allah S.W.T. Kadar hukumannya tidak boleh dipinda sama ada dikurang atau ditambah.Maksudnya;
        “Itulah hukum-hukum yang telah ditentukan. Oleh itu janganlah kamu mencabulnya, dan sesiapa yang mencabuli hukum-hukum Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”
       
    2. Jenis-jenis jenayah hudud dan hukumannya
        1. Zina; Persetubuhan haram tanpa nikah yang sah antara lelaki dengan perempuan.
          Hukuman :Bagi penzina yang belum berkahwin hukumannya ialah sebat 100 kali. Bagi penzina yang telah berkahwin hendaklah direjam sehingga mati.
        2. Qazaf(menuduh zina); Melemparkan tuduhan zina tanpa bukti terhadap orang yang baik.
          Hukuman :sebat 80 kali
        3. Minum arak; Meminum minuman yang memabukkan boleh menghilangkan kewarasan akal.
          Hukuman :sebat 40 kali
        4. Mencuri; Mengambil harta orang lain secara senyap atau sembunyi.
          Hukuman : potong tangan
        5. Merompak Mengambil harta orang lain dengan menggunakan kekerasan, paksaan, ugutan dan ancaman.
          Hukuman : Sekiranya membunuh hendaklah dibunuh sekiranya hanya merompak sahaja hendaklah dipotong  tangan dan kakinya secara bersilang iaitu tangan kanan dan kaki kiri dan seterusnya kaki kanan dan tangan kiri bagi kesalahan seterusnya.sekiranya hanya menganggu ketenteraman awam hendaklah dipenjara
        6. Riddah(murtad) Keluar seseorang Islam itu dan agama Islam sama ada dengan perbuatan dan perkataan.
          Hukuman : Bunuh ( setelah diberi tempoh bertaubat selama 3 hari @ 3kali) Semua jenayah hudud yang telah sabit kesalahannya wajib dikenakan hukuman hudud tanpa sebarang pengurangan @ pindahan kepada hukuman yang lain spt penjara @  wang.

    Hukum Qisas

    1. Pengertian qisas;
        1. Dan segi bahasa qisas bermaksud memotong.
        2. Dan segi syarak bererti hukuman yang ditetapkan oleh syarak melalui nas-nas A1-Quran dan Hadis-hadis Nabi saw. kerana kesalahan­-kesalahan yang melibatkan hak individu.
    2. Jenis jenayah qisas; Kesalahan-kesalahan yang diwajibkan hukuman qisas ialah membunuh dengan sengaja dan mencederakan anggota tubuh badan seperti mencederakan mata, hidung dan telinga.
    3. Hukuman terhadap kesalahan qisas; Mengikut hukum qisas seseorang penjenayah mesti diikuti dengan hukuman yang sama sepertimana dia lakukan ke atas mangsanya. Kalau ia membunuh maka dia mesti dihukum bunuh.
      Maksudnya;
      “Dan Kami telah tetapkan atas mereka di dalam Kitab Taurat itu, bahawa jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi dan luka-luka hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya maka menjadilah ia penebus dosa baginya”
      (Surah al-Maidah ayat 45)

    Diat

    Diat adalah denda yang wajib dibayar kerana kesalahan jenayah sebagai ganti qisas.

    Kadar Diat
    Kadar diat adalah dikira mengikut bilangan  unta iaitu harta yang paling bernilai ketika itu.Kadar penuh diat ialah 100 ekor unta. Walau bagaimanapun, para ulama' berpendapat boleh mengantikan 100 ekor unta dengan harta yang senilai dengannya pada masa tersebut. Di antaranya ialah;
    1. wang emas  =  1000 dinar
    2. wang perak  =   10,000 -12,000 dirham
    3. lembu            =   200 ekor
    4. kambing        =   2000ekor
    5. Persalinan    =   200 persalinan lengkap

    Diat jenayah membunuh.


    1. 1.  Pembunuhan sengaja -  100 ekor unta secara terus (tanpa tangguh) yang terdiri drp ;
      1. 30  ekor Juz'ah (unta berumur 5 tahun)
      2. 30 ekor Hiqqah (unta berumur 4 tahun)
      3. 40 ekor Hulqah 
      Bagi jenayah membunuh dengan sengaja, ada dua hukuman iaitu qishas @ diat. Diat hanya boleh dilaksanakan jika dipersetujui oleh waris. Jika tidak, qishas bunuh dikenakan.
    2. 2. Pembunuhan separuh sengaja - 100 ekor unta spt di atas tetapi bayaran boleh ditangguhkan sehingga 3 tahun.
    3. 3. Pembunuhan tidak sengaja - 100 ekor unta dan ditangguhkan sehingga 3 tahun yang terdiri drp ;
    1.  20 ekor Juz'ah (unta berumur 5 tahun)
    2. 20 ekor Hiqqah (unta berumur 4 tahun)
    3. 20 ekor Bintu Labun (unta betina berumur 3 tahun)
    4. 20 ekor Ibnu Labun (unta berumur 3 tahun)
    5. 20 ekorBintuMukhad(unta betina berumur 2 tahun)
     Hukuman bagi jenayah Pembunuhan separuh sengaja dan Pembunuhan Tidak Sengaja adalah Diat sahaja. Qishas tidak dikenakan.
    1. Diat perempuan 1/2 drp diat lelaki
    2.  Diat hamba 1/2 drp diat merdeka
    1. Pembunuhan Sengaja ialah membunuh dengan niat.
    2. Pembunuhan Separuh Sengaja ialah spt seorang memukul orang dengan tongkat @ melempar dengan batu kelikir, tanpa disangka-sangka terus mati orang tersebut. (tanpa niat membunuhnya)
    3. Pembunuhan Tidak Sengaja ialah spt seorang yang tertembak rakannya yang disangkanya binatang buruan.
    4. Bagi jenayah membunuh, pembunuh hanya boleh diampunkan oleh warisnya sahaja. Pemerintah tidak ada kuasa dlm pengampunan.
    b. Diat jenayah mencederakan anggota
    1. 100 ekor unta untuk anggota tunggal spt terputusnya lidah, hilang akal, menyebabkan lumpuh seluruh anggota badan dan hilang keupayaan bersetubuh.
    2. 50 ekor unta untuk anggota yang berpasangan, jika kedua-duanya terlibat maka diatnya 100 unta. Ia melibatkan salah satu drp kaki atau tangan, mata dan  telinga.
    3. ekor unta untuk luka al-Ja'ifah (luka hingga ke dlm bhg otak)
    4. ekor unta untuk luka Al-Ma'muumah ( luka yang sampai ke selaput kepala)
    5. 25 ekor unta untuk anggota yang 4  bahagian (pasang) spt kelopak mata. Setiap satu kelopak mewakili 25 unta.
    6. 10 ekor unta untuk luka Al-Hasyimah (luka yang memecah @ mematahkan tulang)
    7. 15 ekor unta untuk luka Al-Munqilah (luka yang sampai ke tulang dan mematahkannya sehingga tergeser dari tempatnya).
    8. 10 ekor unta untuk anggota yang ada 10 bahagian spt jari tangan dan jari kiri. Setiap satu jari jika patah mewakili 10 ekorunta.
    9. 5 ekor unta untuk luka Mudhihah @ Muwadhdhohah (luka yang menampakkan tulang)

     

    Hukum Ta'zir

    1. Pengertian ta’zir.         (a) Dan segi bahasa ta’zir bererti menolak atau menghalang.
      (b) Dan segi istilah ialah hukuman yang dikenakan ke atas orang yang membuat kesalahan dan maksiat atau orang yang mencuaikan kewajipan yang tidak ditetapkan hukuman keseksaannya di dalam Al-Quran dan Hadis atau hukuman yang dikenakan ke atas orang yang melakukan jenayah yang telah ditetapkan keseksaannya, tetapi tidak cukup syarat bagi mengenakan keseksaan itu.
    2. Kesalahan-kesalahan yang termasuk di bawah kategoni ta’zir;
      1. Kesalahan-kesalahan hudud atau qisas yang tidak cukup bukti untuk dikenakan hukuman hudud atau qisas.
      2. Kesalahan-kesalahan khalwat, mencuri yang tidak cukup nisab dan sebagainya.
      3. Perbuatan-perbuatan yang boleh mengganggu ketenteraman awam seperti mengumpat, menipu, berjudi, rasuah, mengedar dan penyalahgunaan dadah.
    1. 3. Hukuman bagi kesalahan ta’zir.
    1. Nasihat; Menasihati orang yang melakukan kesalahan kecil bagi pertama kali agar ia tidak mengulangi lagi pada masa akan datang.
    2. Teguran; Teguran rasmi yang dilakukan oleh hakim dengan mengeluarkan ucapan-ucapan atau melakukan sesuatu tindakan tertentu agar orang yang melakukan kesalahan akan berusaha untuk memperbaiki dirinya.
    3. Ancaman; Mengancam orang yang bersalah agar tidak mengulangi kesalahannya di atas sebab takut dikenakan hukuman.
    4. Pemulauan; Hukuman pemulauan dikenakan kepada pesalah agar ia berasa tersempit sekiranya ia berterusan atau mengulangi kesalahannya lantaran tidak dapat bermuamalat dengan orang lain dalam masyarakat.
    5. Perisytiharan umum; Membuat pengisytiharan kepada umum terhadapkesalahan penjenayah. Dengannya penjenayah berasa tertekan dan malu yang amat sangat..
    6. Denda dan merampas harta; Iaitu hukuman ta ‘zir dengan denda berbentuk kewangan dan merampas harta yang dimiliki oieh penjenayah.
    7. Penjara; Mengenakan hukuman penjara dalam tempoh tertentu mengikut pertimbangan realiti semasa.
    8. Sebat; Mengenakan hukuman sebat kepada penjenayah dengan jumlah sebatan yang tertentu mengikut reaiiti
    9. Bunuh; Hukuman bunuh bagi kesalahan ta’zir dibenarkan oleh syarak bagi menjaga kemaslahatan umum masyarakat.
    10. Buang daerah; Hukuman ini dikenakan supaya penjenayah berasa tertekan, mengalami kesusahan dan tersisih akibat   dipisahkan dari kaum keluarga dan sahabat handai.

     

    Matlamat  Hukum Hudud, Qisas dan Ta’zir

    1. untuk melindung masyarakat daripada bahaya jenayah dan mencegah sebelum ia berlaku.
    2. untuk memperbaiki penjenayah dan membetulkan penyelewengan. Ini dapat dilihat daripada kesan yang ditinggalkan oleh hukuman ke atas penjenayah yang memberi pengajaran, memperbaiki dan menghalang seseorang daripada melakukan jenayah.
    3. untuk membersih dosa penjenayah dan menyelamatkannya daripada azab akhirat.

     

    Peranan undang-undang jenayah Islam mewujudkan keamanan dan kesejahteraan dalam masyarakat

    1. Undang-undang jenayah Islam menjatuhkan hukuman secara adil dan saksama. Misalnya orang yang membunuh dihukum bunuh balas. Ini menyebabkan warisnya berpuas hati dan hilang perasaan dendam.
    2. Hukuman jenayah Islam yang kemas dan tegas menyebabkan penjenayah dan orang ramai takut dan gerun untuk mengulangi jenayah. Akhirnya kehidupan masyarakat aman dan sejahtera..
    3. Hukuman jenayah Islam men­gandungi unsur-unsur pendidikan kepada penjenayah dan orang ramai. Hukuman yang dikenakan mendorong seseorang penjenayah bertaubat dan menyesali kesalahan yang dilakukannya. Dengan ini jenayah akan berkurangan dalam masyarakat. 

    Terbitan: http://tayibah.com/eIslam/jenayah_Islam.htm

    Sabtu, Julai 16, 2011

    MEKAH

    New Mecca




    Jam terbesar di dunia akan mula berdetik di menara pencakar langit Makkah dan Umat Islam seluruh dunia boleh merujuk waktu di negara masing-masing.

    Menara jam yang Makkah akan menjadi sebagai rujukan waktu standard dunia berbanding waktu median Greenwich dan juga dibina dibangunan kedua tertinggi di dunia.

    Jam itu dijangka mampu menggantikan waktu standard Greenwich Mean Time (GMT) digunakan semenjak 126 tahun.

    Waktu di Makkah adalah waktu sebenar meridan dunia kerana kedudukan Makkah di tengah-tengah dunia menurut ulama dan cendikiawan Islam.

    Arab Saudi akan melakukan ujian terhadap apa yang disifatkannya sebagai menara jam terbesar di dunia di Tanah Suci Makkah sepanjang bulan Ramadan ini.

    Menara jam empat muka berkenaan akan menjadi pencakar langit tertinggi di negara itu apabila siap dengan ketinggian kira-kira 600 meter, menjadikan ia sebagai bangunan kedua tertinggi dunia selepas Burj Khalifa di Dubai.

    Jam berkenaan juga bakal menenggelamkan Big Ben di London yang pernah menjadi menara jam empat muka terbesar dunia, dengan jarumnya dikatakan lima kali lebih besar. Dan ditulis dengan kalimah ALLAH di atasnya akan diterangi dua juta cahaya LED.

    Dengan garis pusatnya berukuran 40 meter, jam Arab Saudi itu juga adalah lebih besar berbanding jam di Cevahir Mall di Istanbul yang mempunyai ukuran muka 36 meter pada bumbung telus cahaya di kompleks beli-belah Turki berkenaan.

    Turut dilengkapi 21,000 cahaya putih dan hijua yang akan berkilauan sejauh 30 kilometer sebagai pemberitahuan  bagi lima waktu solat fardu.

    Kompleks jam di Makkah yang direka jurutera Jerman dan Swiss membabitkan projek bernilai $800 juta (RM2.56 bilion) akan menghadap Kaabah yang menjadi tumpuan seluruh umat Islam di seluruh dunia ketika mereka mengerjakan solat lima waktu setiap hari dan menjadi sebahagian usaha Arab Saudi membangunkan bandar raya yang dilawati berjuta jemaah haji setiap tahun.

    Tempoh ujian selama tiga bulan menara jam itu akan bermula pada minggu pertama Ramadan.

    Hanya satu daripada empat muka jam berkenaan setakat ini siap dan diliputi 98 juta keping kaca jubin. AP

    Jumaat, Julai 15, 2011

    Pintu Kaabah dan Tun Mahadhir

    Tun Dr Mahathir berjalan keluar dari dalam Kaabah pada Mac 1982
    Gambar dari: Arkib NSTP


      Tun Dr Mahathir Mohamad adalah pemimpin negara yang pernah dibenarkan pihak berkuasa Arab Saudi memasuki Kaabah ketika mengerjakan umrah di Tanah Suci Makkah Al Mukarramah pada 1993.

    "Perdana Menteri mengerjakan solat dalam rumah Allah itu dan turut berdoa tetapi apa yang didoakan beliau, tiada siapa tahu," cerita bekas pegawai waran Tentera Udara Diraja Malaysia (TUDM), Rosme Hassan, 45.

    Apa yang pasti, katanya, Dr Mahathir sehingga kini dikurniakan kesihatan yang baik walaupun usianya sudah mencecah 77 tahun dan berjaya membangunkan Malaysia sehingga dikenali sebagai negarawan ulung negara.

    Rosme yang bertugas dalam jet eksekutif Falcon-900 sebagai kuarter master udara antara 1985 hingga bersara pada 1993, berkata beliau dan beberapa ahli rombongan lain turut mengambil kesempatan itu memasuki Kaabah.

    "Saya masih ingat ketika itu kira-kira jam 11.45 malam waktu tempatan, saya terlihat beberapa petugas di situ membawa tangga dan terdetik dalam hati hajat untuk memasuki Kaabah akan tercapai.

    "Mereka kemudian meletakkan tangga di tepi dinding Kaabah dan kami dengan didahului Perdana Menteri menaiki tangga berkenaan untuk memasukinya. Sebaik berada dalam Kaabah, saya mendapati keadaan di dalamnya samar-samar tetapi apa yang pasti semua yang berada di dalamnya mengerjakan solat mengikut arah kiblat masing-masing kerana kita berada dalam Kaabah," katanya ketika ditemui di Langkawi.

    Rosme berasal dari Kuala Sanglang, Kedah dan dibesarkan di Ipoh, Perak, menyertai TUDM pada 1973 dan bersara pada 1993.

    Tugas Kuarter Master udara sama seperti pramugara atau pramugari yang melayani penumpang dalam pesawat biasa, cuma bezanya dengan tugas Rosme ialah beliau dipertanggungjawabkan melayani orang kenamaan yang mengikuti penerbangan menggunakan jet Falcon-900. Tiga juruterbang terlatih dan dua krew kabin menyertai setiap penerbangan ke luar negara dengan jet eksekutif itu yang sering digunakan untuk membawa pemimpin negara dan asing.

    Menceritakan pengalaman yang sukar dilupakannya di Kaabah itu, beliau berkata, ramai orang Arab yang berada berhampiran Kaabah menarik-narik kain ihramnya dan apabila ditanya kenapa mereka berbuat demikian, orang Arab itu mengatakan mereka mahu mendapat berkat daripada rombongan negara.

    Mereka menyifatkan rombongan daripada Malaysia sebagai bertuah dan dirahmati Allah kerana terpilih oleh-Nya memasuki Kaabah sedangkan tidak semua penduduk Arab mendapat peluang itu.

    Keadaan yang agak gawat ketika itu, katanya, memaksa pihak berkuasa Makkah membuat pagar manusia bagi memberi laluan kepada rombongan Perdana Menteri.

    Rosme berkata, beliau sebelum itu pernah singgah di Makkah bagi menyahut lambaian Kaabah bersama pemimpin negara yang lain tetapi tidak pernah berpeluang memasukinya.

    Selain itu, katanya, ramai tidak tahu Dr Mahathir sebenarnya mampu mendaratkan pesawat dengan baik dan itu pernah dilakukannya beberapa kali.

    Bagaimanapun, Perdana Menteri berbuat demikian dengan ditemani juruterbang berpengalaman dan terlatih yang berada di sebelahnya.

    Beliau berkata, tugasnya cukup mudah sepanjang mengikuti penerbangan bersama Dr Mahathir kerana beliau adalah seorang yang berdisiplin tinggi dan menghargai masa.

    "Bagi hidangan pertama sebaik memulakan penerbangan, beliau lazimnya akan mengeluarkan bekalan yang dibawanya iaitu daging dinding, daging yang dihiris halus dan ditambah serbuk lada.

    "Kemudian, barulah kami menyediakan hidangan seterusnya selepas masa makan ditetapkan beliau. Kami juga memaklumkan kepada isterinya, Datin Seri Dr Siti Hasmah Mohd Ali mengenai menu hidangan," katanya sambil menambah ada sebuah kamar dalam pesawat itu yang dilengkapi dapur untuk memanaskan hidangan.

    Jika penerbangan mengambil masa lama, katanya, Dr Mahathir lebih suka duduk berseorangan dan tidak mahu diganggu sambil tangan mencatat sesuatu pada buku nota kecil. Beliau juga tidak mahu diganggu dengan bunyi muzik atau pemain visual dalam pesawat kerana mahukan keadaan yang senyap dan tenang.

    Rosme berkata, Dr Mahathir juga pernah memasuki kokpit (kamar juruterbang) ketika penerbangan dalam negara dan bertanya juruterbang masa sampai ke destinasi dan keadaan cuaca ketika itu. Juruterbang juga akan menceritakan mengenai peralatan dalam kokpit.
    Berdasarkan pengalamannya bersama Perdana Menteri Rosme berkata, beliau secara peribadi menghormati dan menyanjung tinggi keperibadian Dr Mahathir.

    Justeru, katanya, cerita negatif yang diada-adakan menyentuh peribadi Dr Mahathir di luar negara disifatkannya sebagai karut semata-mata dan tidak lain hanya bertujuan menjejaskan kewibawaannya sebagai pemimpin ulung negara.

    **org yg dapat memasuki kaabah adalah insan terpilih oleh Allah s.w.t...tidak dapat dipastikan samada Tun M...adalah insan terpilih diatas kapasitinya adalah seorang pemimpin ketika itu...

    Khamis, Julai 14, 2011

    TAUHID ISLAM

    Tauhid Dalam Fahaman

    Tauhid berdasarkan kepada “la ilaha illa’ Llah, Muhammadur-Rasulullah”: “Tidak ada tuhan yang wajib disembah dengan sebenarnya melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah”. Atau “asyhadu an la ilaha illa’Llah, wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah”:
    “Aku menyaksikan bahawa tiada tuhan yang wajib disembah dengan sebenarnya melainkan Allah dan aku menyaksikan bahawa Muhammad adalah Rasulullah”. Ianya diwajibkan dalam ayat, antaranya, yang bermaksud: "Ketahuilah bahawa tiada tuhan melainkan Allah …".
    (Surah Muhammad: Ayat 19).
    Penyaksian itu adalah hasil daripada keyakinan iman tanpa syak dan ragu tentang hakikat keTuhanan yang Maha Esa, yang merupakan paksi bagi segalanya. Keyakinan ini datang daripada ilmu dan juga kesedaran batin orang yang berkenaan yang disebutkan sebagai ilmul-yakin, atau ‘ainul-yaqin atau haqqul-yaqin. Ilmul-yaqin datang daripada tahap keyakinan yang timbul daripada ilmu berkenaan dengan kebenaran tauhid hasil daripada pengetahuannya, dengan berdasarkan bukti-bukti, samaada yang berifat nakli atau akli atau intelektuil. ‘Ainul-yaqin timbul daripada tahap tertentu dalam kesedaran batin berkenaan dengan hakikat tauhid. Haqqul-yaqin merujuk kepada pengenalan hakikat tauhid berdasarkan kepada “penyaksian batin” - musyahadah - tentang kebenaran itu yang tidak meninggalkan apa-apa keraguan lagi.
    Keimanan tentang ketauhidan ini berkembang menjadi keimanan terhadap “rukun-rukun iman” yang lain- keimanan tentang para malaikat dengan tugas-tugasnya, para rasul a.s.s. dengan tugas-tugas mereka, kitab samawi dengan ajaran-ajarannya, terakhir ialah al-Qur’anul-Karim, tentang akhirat dan akhirnya qadha’ dan qadar.Semuanya dihuraikan oleh para ulama Ahlis-Sunnah dalam teks-teks usulud-din mereka, Allah memberi rahmat kepada mereka.
    Keimanan terhadap Allah dan mentauhidkannya dengan huraian-huraian tentang sifat-sifatNya yang tidak terkira, dan kemudian dibicarakan sebagai kunci kepada pengenalanNya dua puluh sifat atau tiga belas, itu berdasarkan dalil-dalil akal atau dalil nakal, yang kita tidak bicarakan secara terperinci di sini. Bagaimanapun memadailah kalau kita sebutkan sifat-sifat itu - untuk memperbaharukan ingatan kita tentangnya - sebagai wujud, qidam atau sediakala, baqa’ atau kekal, menyalahi sekelian makhluk, berdiri sendiri, esa, hayat atau hidup, ilmu, qudrat atau kuasa, kehendak, mendengar, melihat, dan berkata-kata yang semuanya dirumuskan ulama berdasarkan Qur’an dan Sunnah, bukan sebagaimana dituduh oleh setengah pihak,daripada falsafah Yunani Purba; kemudian ditambah dengan perbincangan tentang sifat-sifat hal keadaanNya hidup, berilmu, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan berkata-kata.
    Perbincangan tentang mentauhidkan Allah juga dilakukan dengan membicarakan nama-namaNya yang sembilan puluh sembilan itu dengan menyebut nama-namaNya: Allah, ar-Rahman, ar-Rahim, al-Malik, al-Quddus, as-Salam, al-Mu’min, al-Muhaimin, al-‘Aziz, al-Jabbar, al-Mutakabbir, dan seterusnya dengan huraian-huraian maknanya sebagaimana yang ada misalnya dalam “Tafsir al-Jamal” dalam huraiannya berkenaan dengan maksud ayat yang bererti: "Dan bagi Allah Sifat-Sifat Yang Paling Indah, maka kamu serulah Ia dengan menyebutnya …".
    Mentauhidkan Allah dan beriman kepada rukun-rukun iman yang lainnya sebagai natijah daripada beriman kepada ketauhidan Allah itu menimbulkan kesan dalam kehidupan manusia yang disebut dalam setengah hadith sebagai “cawangan-cawangan iman” (‘shu’ab al-iman’).Sebagai contoh dalam “Fathul-Bari” dihuraikan hadith:
    الايمان بضع وستون شعبة والحياء شعبة من الايمان
    Yang bermaksud: “Iman ada enam puluh lebih cawangannya, dan malu bertempat adalah satu cawangan daripada keimanan”.
    Dalam hadith sahih riwayat Bukhari yang lain dinyatakan keimanan itu lebih daripada tujuh puluh cawangan, dan yang tertingginya ialah mengucap “tiada tuhan melainkan Allah”, yang paling rendah sekali ialah membuang duri atau sesuatu yang menyakitkan dari jalan.
    Dalam “Fahul-Bari” dalam memberi huraian berkenaan dengan “cawangan-cawangan” iman hasil daripada tauhid dan keyakikan iman, pengarangnya membahagikan kesan-kesan itu kepada beberapa bahagian seperti “amalan-amalan hati”. Dinyatakannya bahawa amalan-amalan hati terdiri daripada: keimanan terhadap Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, QadarNya, Hari Akhirat. Alam Kubur, Bangkit sesudah mati, Berhimpun di Akhirat, Hitungan amal, Neraca Timbangan Amal, Titian Sirat, Syurga, Neraka; kasih dan benci kerana Allah, kasihkan rasul, iktikad tentang keagungan Rasul dan kemuliannya, berselawat terhadapnya, mengikut sunnahnya, mengamallkan sifat ikhlas dalam amalan, tidak bersikap riya dalam amalan, meninggalkan kemunafikan, bertaubat, takut kepada Allah, berharap kepadaNya, bersyukur kepadaNya, menunaikan janji dan amanah semuanya, sabar, redha dengan ketetapan dan hukumNya, bertawakkal kepadaNya, bersikap dengan sifat kasih sayang (rahmah), tawadhu’, memuliakan orang tua, kasihkan orang muda,tidak takabur, tidak ‘ujub, tidak hasad dengki, tidak berdendam, tidak marah bukan pada tempatnya.
    “Amalan lidah” terdiri daripada: berlafaz dengan kalimah tauhid, membaca Qur’an, mempelajari ilmu, mengajarkan ilmu, berdo’a, berzikir mengingat dan menyebut nama-nama Allah, beristighfar,dan menjauhi perbuatan dan percakapan yang sia-sia (ijtinab al-laghw).
    “Amalan badan” disebutkan:berada dalam keadaan suci bersih dari segi lahir dan pada hukumnya, menjauhi najis-najis, menutup aurat, melakukan sembahyang yang wajib dan sunat, juga menunaikan zakat, membebaskan hamba abdi (boleh dikiaskan dengan keadaan moden dengan “hamba-hamba abdi ekonomi” dan sebagainya), mengamalkan sifat pemurah (al-jud), memberi makan kepada mereka yang memerlukannya, memuliakan para dhif, melakukan puasa yang wajib dan sunatnya, demikian pula menunaikan haji, dan umrahnya, melakukan tawaf, dan beriktikaf, berusaha untuk menghayati malam lailatul-qadar, berpindah untuk menyelamatkan agama bila itu dituntut oleh agama, berhijrah dari negeri syirik (dengan syarat-syaratnya), menunaikan nazar, bersungguh-sunguh menjaga iman dengan teguhnya, menunaikan kaffarah, mengawal diri daripada kejahatan dengan berkahwin, melaksanakan hak-hak keluarga, mentaati para ketua dan bersikap lemah lembut kepada para hamba (termasuk orang-orang bawahan).
    Berkenaan dengan kehidupan dan pergaulan dengan orang ramai: mengikut jama’ah Muslimin, mentaati waliyul-amri, mendamaikan mereka yang berkelahi, berperang melawan mereka yang memberontak dan golongan Khawarij (yang menentang waliyul-amri), bertolong-bantu dalam melakukan kebaikan, menyuruh perkara-perkara yang baik dan melarang perkara-perkara yang mungkar, mengamalkan aturan-aturan jenayah berat mengikut Islam, melakukan jihad, termasuk ke dalamnya menjaga sempadan untuk menyelamatkannya daripada para seteru, menunaikan amanah-amanah, termasuk menunaikan “khumus” (dari rampasan perang), memberi orang berhutang, dan membayar hutang, memuliakan tamu, bergaul dengan akhlak yang baik (‘husn al-mu’amalah’), termasuk ke dalamnya menghimpunkan harta dari punca-punca yang halal, membelanjakan harta pada tempatnya yang hak, tidak bersikap membazir, dan tidak melampau-lampau dalam perbelanjaan (termasuk kalau sekarang “conspicuous consumerism”: berbelanja kerana menunjuk-nunjuk bukan kerana keperluan yang menasabah), menjawab orang memberi salam, mendoakan orang yang bersin, menahan diri daripada menyakiti orang lain, menjauhkan diri daripada kesia-siaan, membuang duri (atau apa-apa yang memudaratkan) dari jalan.
    Beliau menyatakan mungkin cawangannya itu tujuh puluh sembilan sifat dengan mengambil kira menceraikan setengah daripada apa yang digandingkan dan tidak diasingkan.
    Amalan-amalan, sifat-sifat serta sikap yang timbul itu semuanya daripada ketauhidan kepada Allah yang ada dalam diri manusia. Kesannya jelas kelihatan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat serta negara dan umat bila ketauhidan itu mantap.

    Kesan Tauhid Dalam Fahaman Orang Yang Beriman:

    Kalau dilihat dari segi yang berbeza, boleh disebutkan bahawa implikasi tauhid ke atas manusia dan kehidupannya boleh dilihat dari beberapa segi, antaranya ialah:
    Dari segi fahamannya tauhid memaksudkan bahawa yang diyakini sebagai kebenaran tanpa tara ialah Keesaan Allah; tidak ada syak dan ragu lagi padanya. Buktinya samaada yang bersifat akli atau nakli menjadi dalil tentang kebenarannya; dalil dari pengalaman dan kesedaran batin itu merupakan bukti yang paling kuat untuk diri seseorang berpegang kepada kebenarannya. Itulah maksud tertinggi dari ayat yang bererti:
    "Ini adalah jalanku; aku menyeru manusia kepada Allah berdasarkan kepada 'basirah' (dalil yang nyata) ataupun pemandangan matahati, aku dan mereka yang mengikutku".
    (Surah Yusuf: Ayat 108).
    Ini memberi paksi kepada manusia, peribadi, dan hidup serta tamadunnya. Ini boleh dimisalkan sebagai adanya tempat duduki yang tetap dan teguh, tidak kucar kacir, bukan tidak stabil.
    Sebagai contoh kita boleh sebutkan bagaimana kita ini tetap atas kerusi, kerusi tetap demikian kerana ada lantai bangunan, bangunan itu tetap atas asasnya, asas bangunan itu tetap kerana ada bumi yang tetap, bumi tetap kerana ianya berada dalam sistem solar yang dengan gravitinya dan lain-lainnya menyebabkan ia tetap.Demikianlah manusia merasa tetap teguh dengan keyakinannya kepada tauhid; dengannya ia merasa tetap ada tempat berpijak bagi jiwa, hati dan akalnya.

    Tauhid pada fahaman juga memaksudkan bahawa yang disembah dengan sebenarnya hanyalah Allah Yang Esa sahaja, tidak ada yang lain lagi. Penyembahan dalam erti pengabdian - ‘ubudiyyah - hanyalah untuk Allah sebagaimana yangg dinyatakan dalam al-Fatihah, “Engkaulah sahaja Yang kami sembah, dan kepada Engkalah sahaja kami meminta pertolongan”. Hakikat ini ternyata dalam ayat yang bermaksud: "Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadat kepadaKu".
    Fahaman tauhid yang mendalam menyebabkan tidak ada lagi kuasa-kuasa lain yang dinisbahkan Kuasa Tuhan padanya; hilang takhyul, fahaman syirik, dan sihir, hilang amalan bernujum yang disalahkan Syara’, dan hilang pemujaan yang dilarang Syara’ terhadap jin-jin dan lain-lainnya. Termasuk hilang pemujaan kepada perkara-perkara maknawi seperti akal, kecerdasan manusia, atau mana-mana aspek kepandaian atau ilmu manusia.Semuanya natijah daripada keyakinan terhadap KeEsaan Allah.
    Tauhid pada fahaman ini memberi kepada insan matlamat hidup yang terakhir yang memberi makna kepada segala kegiatan. Manusia yang beriman kepada tauhid bertugas dan berusaha dalam konteks mencari keredhaan Allah di dunia ini, yang membawa kepada kebahagiaan yang kekal abadi. Ini jelas dalam pembacaan doa si mukmin selepas daripada takbir sembahyang, iaitu do’a yang bermaksud: "Sesungguhnya sembahyangku, pengorbananku, hidupku (termasuk perjuanganku, profesiku, perlaksanaan tugasku) adalah bagi Allah Tuhan Yang mentadbir sekelian alam". Dengan ini tidak ada kekosongan atau kehilangan makna - “loss of meaning” - dalam hidupnya. Semuanya mendapat makna dalam konteks mencari keredhaan Tuhan. Dalam konteks seperti inilah Nabi s.a.w. menyatakan keheranannya tentang hidup si mukmin sampaikan bila kakinya terkena duripun ada mempunyai makna. Penyakit “kehilangan makna” tidak akan berlaku atas si mukmin yang berkesan keimanannya dalam membentuk jiwa dan kablbunya.
    Keimanan tentang tauhid menjadikan si mukmin tidak putus asa dalam hidupnya walau bagaimamanapun teruknya cabaran yang dihadapi dan walau bagaimana negatifnya suasana yang dihadapi, sehinggakan kalau dilihat dari segi perkiraan duniawi tidak ada apa-apa yang boleh dilakukan sekalipun, ia tidak berputus asa. Inilah antaranya yang dimaksudkan oleh ayat Qur’an yang bermaksud
    “Jangan kamu berputus asa daripada pertolongan Allah, sesungguhnya tidak berputus asa daripada rahmat (atau pertolongan) Allah melainkan orang-orang kafir”
    (Surah Yusuf: Ayat 87).
    Di sinilah tauhid memberi asas kepada aksiologi si mukmin, sehingga sistem nilainya lengkap dan tinggi.

    Aksiologi Daripada al-Asma’-al-Husna:

    Tauhid pada fahaman menjadikan insan yang yakin kepada tauhid itu mendapat "peta" pembangungan peribadinya pada “Diri Tuhan Sendiri Dengan Sifat-SifatNya Yang Maha Sempurna dan Nama-NamaNya Yang Maha Indah” (al-Kamalat wa’l-Asma’ al-Husna). Maksudnya, sebagaimana yang dihuraikan antaranya dalam “Tafsir al-Jamal” dalam hubungan dengan hadith Tirmidi yang bermaksud: “Tuhanmu mempunyai sembilan puluh sembilan Nama, maka sesiapa yang membilangnya ia masyuk ke dalam Syurga”. Maksudnya, antaranya, dihuraikan bahawa hendaklah insan yang beriman itu menjadikan peribadinya terbentuk mengikut pengajaran yang boleh didapati daripada maksud nama-nama Tuhannya.
    Misalnya kalau Allah bersifat dengan sifat Kasihan Belas - dengan NamaNya al-Rahim - maka si mukmin sebagai hamba Tuhannya hendaklah bersifat dengan sifat kasihan belas pada paras manusiawinya. Dengan itu maka ia “hampir” kepada Tuhannya melalui sifat itu. Dengan itu ianya lebih hampir kepada kesempurnaannya sebagai manusia yang beriman. Kalau Tuhan bernama al-Malik - Raja dengan sifat-sifatNya sesuai dengan Nama “al-Malik” itu, maka hendaklah si hamba membentuk peribadi sesuai dengan kedudukan sebagai ”raja” yang menguasai dirinya supaya taat kepada Tuhan dan menjalankan KehendakNya, jangan membiarkan dirinya menjadi rendah dan berkhidmat kepada Setan. Kalau Allah bernama al-‘Alim - Yang Maha Mengetahui - maka manusia yang beriman hendaklah membentuk dirinya menjadi orang yang berilmu, yang mengenal Tuhannya, ajaran Tuhannya, dan mengetahui ilmu-ilmu lain dalam konteks ketauhidan Tuhannya serta mengetahui ilmu-ilmu untuk menjadikan dirinya dan hidupnya bermaruah dalam dunia ini. Dengan itu jadilah ianya hampir kepada Tuhannya melalui sifatnya berilmu itu.Kalau dikiaskan kepada bangsa, maka bangsa itu bangsa yang berilmu yang martabatnya mulia kerana ilmunya. Di sini keimanan kepada Tauhid membawa implikasi dalam bidang epistemologi atau faham ilmu dan aksiologi atau faham nilai yang sangat diperlukan kejelasannya.
    Di sini kita lihat bagaimana kepentingan ilmu diberikan perhatian yang sangat pokok oleh para ulama Islam, seperti Imam al-Ghazali rd dan Ibn Khaldun rh antara yang sekian ramai itu. Dan Ibn Khaldun rh menghendaki supaya ahli ilmu itu mencapai kemahiran yang memuncak dalam bidang ilmunya sampai menjadi sebagai sepertri tabiat yang kedua bagi dirinya, seolah-olah seperti terbang burung di angkasa dan bernang ikan dalam air. Kata-kata bandingan itu bukan dari Ibn Khaldun tetapi dari penulis ini. Beliau menggunakan istilah “malakah” untuk mengungkapkan kemahiran tertinggi dalam ilmu itu.
    Sebab sedemikian pentingnya ilmu ini maka Imam al-Ghazali rd menghuraikan bagaimana ahli ilmu yang berkhidmat dengan baik dalam pengembangan ilmunya berdamping diri dengan Tuhan - bertaqarrub- melalui kegiatannya itu; demikian pula pelajar yang mempalajari ilmu yang berguna - ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum kerana Tuhan dan kerana berkhidmat kepada umat dalam fardhu kifayah - bertaqarrub kepada Tuhan dalam kegiatan pembelajarannya.
    Selain dari itu beliau menghuraikan bagaimana dalam konteks tauhid semuanya berkhidmat kepada Tuhan, mulai daripada ahli ibadat semata (‘abid), sampai kepada pengajar ilmu, penuntut ilmu, petugas menjaga keluarga (muhtarif), peribadi yang berkhidmat untuk masyarakat (walin), dan ahli tauhid taraf tertinggi yang tenggelam dalam pengalaman tauhidnya yang memuncak (muwahhid) semuanya berfungsi dalam menjayakan tauhid dalam hidupnya masing-masing - mulai dari orang biasa sampai kepada petugas masyarakat dan penjaga keluarga juga ahli rohaniah yang tertinmggi sekali dalam umat.Dalam konteks masyarakat moden kitra boleh kiaskan mereka yang terlibat di dalamnya dengan tugas-tugas mereka masing-masing.
    Kalau Tuhan bernama dengan nama as-Sattar - Yang menutup aib hambanya, kemudian di akhirat bila ia beruntung Ia ampunkan aib itu- maka hendaklah si mukmin itu menutup aib jirannya dan kenalannya supaya dengan itu aib dirinya tidak di"buka" oleh Tuhan di hadapan sekalian makhluk di Akhirat nanti. Allahumma salimna.
    Kalau Tuhan bernama al-Mutakabbir - Yang membesarkan DiriNya, Yang Takburr, kerana Ia berhak dengan perbuatan demikian - maka hendaklah si mukmin berendah diri kepada Tuhannya dan kepada sekelian mukminin, tetapi bertakabur dengan Setan supaya dengan itu ia tidak membiarkan dirinya menjadi “khadam” kepada Setan, yang meruntuhkan kemuliaan dirinya, sampai dirinya akan menjadi “yang sehina-hinanya”.
    Dengan ini si hamba mempunyai sifat kemuliaan diri atau harga diri yang sebaiknya sebagai khalifah Tuhan di bumi dan hambaNya.
    Bila Tuhan bernama dengan Nama an-Nafi’ - Yang Memberi Menfaat kepada sekalian akhlukNya - maka si mukmin hendaklah membentuk peribadi sebagai orang yang mendatangkan kemanafaatan kepada orang lain, bukan sebaliknya. Ini jelas pula daripada hadith Nabi s.a.w. yang bermaksud: "Manusia yang sebaik-baiknya ialah orang yang paling mendatangkan faedah kepada manusia".
    Kalau Allah bernama dengan Nama al-Muhaimin - Yang Menjaga - maka para hamba hendaklah pada paras manusawinya menjadi penjaga sekalian yang mesti dijaga dirinya, keluarganya, bangsanya, umatnya, agamanya, demikian seterusnya dan janganlah ia menjadi perosak. Demikianlah apa yang disebut sebagai “bahagian hamba” - hazz al-‘abd - oleh pengarang “Tafsir al-Jamal” dalam hubungan dengan Nama-Nama Allah yang menjadi penentu dalam hidupnya dari segi metafisikanya, faham alamnya, aksiologi atau faham nilainya, epistemologi atau faham ilmunya.

    Tauhid Dalam Amalan:

    Bila kita menjurus kepada amalan, maka tauhid menjadikan manusia itu menunaikan ibadatnya, seperti sembahyangnya - sebab itu pengabdian kemuncak, terlambang dengan hakikat ianya dikurniakan waktu mi’raj Rasul s.a.w. - puasanya, zakatnya, hajinya, nazarnya, kafarahnya, membaca Qur’an, wirid dan zikirnya, do’anya, bahkan, sebagaimana yang diajarkan oleh Imam al-Ghazali rd dalam "Ihya’"nya, “Hendaklah semua gerak-geri hidup kamu dan diam kamu menjadi ibadat atau penolong kepada ibadat kepada Tuhan,” sampaikan Imam utama ini rd menyatakan bahawa bermainpun biarlah berlaku dalam konteks pengabdian atau ibadat kepada Tuhan!
    Tauhid pada amalan menyebabkan manusia berakhlak dengan akhlak yang mulia seperti bersifat benar, amanah, ikhlas, kasihan belas, bertimbang rasa, bersaudara, berkasih sayang dalam keluarga dan masyarakat, bermaaf-maafan bukan berdendam, pemurah bukan bakhil dalam kebajikan, bukan membazir, bukan melampau dalam berbelanja,berhemat dan cermat, bukan hanya waktu ekonomi gawat sahaja, menjaga perpaduan bukan mengusahakan perpecahan, apa lagi dalam umat menghadapi ancaman, berkerjasama dalam kebajikan, iaitu berkerjasama dalam keluarga, dalam masyarakat, bangsa dan umat, antara rakyat dengan rakyat, antara rakyat dengan pihak penganjur, berkerjasama antara ulama, cendekiawan, para pemimpin, hartawan dan orang awam. Bersifat gigih dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan dan jasa kepada manusia semuanya.
    Tauhid menyebabkan berlaku perpaduan dalam keluarga dan timbulnya keluarga bahagia dan perkasa yang membantu dalam membina masyarakat yang beradab, berilmu, dan perkasa dengan amalan-amalan “budaya perkasa” atau “strong culture”. Ini boleh dikaitkan dengan kata-kata terkenal “Hidup bersendikan adat, adat bersendikan Syara’ dan Syara’ bersendikan Kitab” yang melambangkan kesepaduan hidup ketamadunan yang terbimbing oleh wahyu dan ajaran agama dengan dibantu oleh keupayaan dan akal manusiawi.
    Tauhid dalam amalan ditimbulkan dalam hidup manusia dengan penuh ketaatan kepada Kehendak Tuhan yang terjelma dalam ketaatan kepada Hukum Syara’Nya dalam ibadatnya, hidup keluarganya, mu’amalahnya, hidup kenegaraannya, budayanya, ilmu pengetahuan dan sainsnya, teknologi dan penyelidikan serta maklumatnya. Ketaatan kepada Tuhan dalam semua perkara inilah merupakan manifestasi tauhid dalam tamadun manusia selain daripada tauhid yang nyata dalam hidup peribadi dan keluarga serta masyarakatnya. Adanya kederhakaan dalam masyarakat manusia - kerana dunia bukan akhirat- adalah kerana kelemahan-kelemahan manusiawi - “human failings” - bukan kerana agamaa bukan praktikal atau “above human”. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an dalam ayat yang bermaksud “Tuhan tidak membebankan diri manusia melainkan setakat apa yang termampu olehnya”, dan dalam konteks yang lain Allah berfirman, maksudnya “Allah tidak membebankan sesuatu diri manusia melainkan daripada apa yang dikurniakan kepadanya (daripada Ni’matNya)”.
    Tauhid pada amalan membawa manusia membina hidup ketamadunan mengikut apa yang diajarkan oleh Tuhan dalam budaya ilmunya, siasahnya, ekonominya, hidup kemasyarakatannya, keseniannya dan budayanya, perang dan damainya. Penyelewengan-penyelewengan yang berlaku adalah kerana kelemahan-kelemahan manusiawi dari segi individu dan kelompoknya. Agama datang untuk menyembuhkan manusia dan tamadun daripada “kelemahan-kelemahan manusiawinya” bukannya untuk mengazabkan manusia atau menghalangnya bersuka-suka secara rasional dan menasabah serta sejahtera dalam dunia ini.
    Sebab itu dalam sejarah dan realiti kehidupan mengikut kadar yang berbeza-beza tauhid dan prinsipnya terbayang dalam hidup mereka yang beriman dalam keyakinannya kepada tauhid, ibadatnya, hidup akhlaknya, keluarganya, mayarakatnya, dan umatnya. Terbayang hakikat ini dalam sistem ilmunya - hubungan harmonis antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umumnya sebagaimana yang terbayang dalam huraian Ibn Khaldun rh dalam “al-Muqaddimahnya”, dalam persuratan Islam, seni benanya, perancangan bandarnya, serta keharmonian antara alam tabi’I dan alam binaan manusia (“human built environment”).
    Al-Marhum Prof Ismail Raji al-Faruqi dalam buku terkenalnya “Tawhid: Its Implications For Thought and Life” berbicara dengan meluasnya aspek-aspek dan implikasi tauhid ini dengan menyebut tentang tauhid sebagai inti pengenalan agama, sebagai intisari Islam, sebagai prinsip sejarah, prinsip metafisika, prinsip etika, susunan sosial, prinsip ummah, prinsip keluarga, prinsip susunan siasah, prinsip susunan ekonomi, prinsip susunan hidup seluruh dunia, serta prinsip estetika.

    Kesyirikan Yang Bercanggah Dengan Tauhid Pada Fahaman

    Dilihat dari segi fahamannya, kesyirikan ialah menisbahkan kuasa atau Sifat-sifat Tuhan kepada makhluk-makhluk atau kuasa-kuasa selain daripada Allah Tuhan Yang Sebenarnya.
    Kesyirikan bermakna menyembah yang selain daripada Allah atau kuasa-kuasa yang selain daripadanya; atau memuja yang lain selain daripadanya sebagaimana Ianya disembah dan dipuja, atau sebagaimana IaNya dimuliakan dan disanjungi. Ini disebutkan sebagai syirik yang besar dan nyata (syirik akbar atau syirik jaliy). Syirik ini kalau orang yang berkenaan tidak bertaubat daripadanya, ia akan menyebabkan azab yang berkekalan. Nau’udhu billahi min dhalik.
    Syirik yang satu lagi ialah syirik kecil atau syirik yang tersembunyi (syirik asghar atau syirik khafy). Syirik kecil ialah syirik dalam erti misalnya melakukan kebaikan kerana lain daripada berniat mencari keredhaan Tuhan, seperti seseorang melakukan ibadat kerana hendak mencari pengaruh; atau memberi sedekah dengan niat supaya disanjung dan diterima sebagai peribadi yang mempunyai keutamaan; demikian seterusnya; itu syirik kecil atau syirik tersembunyi yang membatalkan pahala amalkan dan kebajikan; ianya bukan menyebabkan kekal dalam azab di Akhirat; bagaimanapun ia menyebabkan amalan menjadi sia-sia tanpa pahala, bahkan menyebabkan azab sesuai dengan keadaan berat atau ringannya kesalahan orang yang berkenaan.
    Dalam hubungan dengan syirik yang sedemikian Allah menyoal dalam al-Qur’an dalam ayat yang bermaksud: "Adakah kamu melihat orang yang menjadikan keinginan nafsunya sendiri (“hawahu”) sebagai tuhan?"
    (Surah al-Furqan: Ayat 43).
    Adapun amalan duniawi, seperti pertukangan atau sesuatu kemahiran yang dimiliki, bila seseorang itu melakukan usahanya dengan baik dan bahkan cemerlang supaya amalannya diberikan nilaian dan prestasi yang baik, dengan itu ianya menjadi popular, dengan itu ia mendapat rezeki yang halal, itu tidak termasuk ke dalam perkara keji yang disebut di atas. Bahkan orang yang berkenaan, kalau ia orang yang beriman, boleh memasang niat bahawa ia sedang melakukan kerja untuk menguatkan ekonomi umat, untuk memberi kekuatan kepadanya, sebagaimana yang dianjurkan oleh Ibn al-Hajj rh dalam kitabnya yang terkenal “al-Madkhal” itu. Bahkan ini boleh termasuk ke dalam maksud hadith nabi yang bererti: "Sesiapa yang menuntut dunia yang halal kerana hendak mengelak dirinya daripada meminta-minta dari orang lain, kerana memenuhkan keperluan keluarganya, dan kerana kasihan belas kepada jirannya (dan ia membantu mereka dengan hartanya itu), maka ia datang ke Ahirat pada Hari Kiamat dengan wajahnya gemilang seperti bulan pernama empat belas hari bulan".
    p> Seorang ahli sains yang membuat penyelidikan membina senjata yang ampuh yang boleh mempertahankan bangsanya daripada diceroboh oleh pihak musuh, dengan itu ia menjaga agamanya dan bangsanya serta negaranya, atau ia boleh memberi kekuatan kepada saudaranya Muslimin dalam negeri lain supaya tidak dianiayai oleh pihak lain, maka itu adalah perbuatan yang paling bermakna dalam khidmat kepada umat. Boleh diingatkan pada zaman klasik bagaimana al-Baghdadi rh menyebut bahawa satu daripada golongan Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah yang berjasa kepada umat yang menentukan kedudukan umat ialah orang-orang yang menjaga sempadan negeri umat Islam supaya tidak diceroboh oleh musuh (“al-murabitun”). Maka maksudnya termasuklah golongan yang menjayakan fungsi demikian dengan mengadakan senjata yang berkesan untuk tujuan itu. Dengan itu maka terlaksanalah juga suruhan dalam al-Qur’an yang bermaksud:
    "Bersiap sedialah kamu bagi menghadapi para musuh dengan pelbagai jenis kekuatan"
    (Surah al-Anfal: Ayat 61)
    sesuai dengan keadaan dan zaman berkenaan; kalau pada zaman kita ini ianya merujuk kepada kekuatan senjata yang sesuai dengannya.
    Dan tidaklah boleh dikatakan syirik orang yang mempertahankan negara itu, kecualilah ia menganggap negera itu seperti Tuhan baginya! Dijauhkan Allah dari yang demikian itu!

    Syirik Dalam Perbuatan:

    Ringkasnya syirik besar dan nyata dalam perbuatan merujuk kepada perbuatan memuja apa-apa selain dari Allah sebagaimana memuja Allah; termasuk ke dalamnya memuja makhluk-makhluk halus atau manusia melebihi batasan; adapun sifat kasihkan seseorang kerana ia melakukan kebaikan kepada orang ramai, itu adalah perkara yang baik yang termasuk ke dalam maksud hadith Nabi saw yang bererti: "Sesiapa yang tidak mengenang budi kepada manusia (yang melakukan kebaikan kepadanya), maka orang itu tidak sempurna dalam perbuatannya bersyukur kepada Allah".
    Termasuk amalan yang mesti dielakkan ialah sihir sebab ia memusnahkan keimanan manusia dan boleh memnbawa kepada kesyirikan. Dalam media amalan sihir dilaporkan membawa kepada pembunuhan selain daripada akibat-akibat lain yang membahayakan serta memusnahkan hubungan baik ahli masyarakat.
    Syirik kecil dan tersembunyi ialah sifat ria, iaitu melakukan kebaikan dalam agama kerana mengharapkan perhatian dan sanjungan manusia; itu membatalkan amalan dan kebajikan seseorang; adapun perbuatan yang bersifat duniawi, seperti pertukangan dan kemahiran maka itu tidak mengapa, walaupun yang lebih baiknya ialah seseorang itu menjalankan profesinya dan kemahirannya dengan niat menguatkan umat dalam rangka menjalankan fardhu kifayahnya, seperti yang tersebut dalam kitab Imam al-Ghazali rd atau kitab Ibn al-Hajj rh.
    Dalam ajaran Ahlis-Sunnah wal-Jama’ah bertawassul adalah harus, samaada pada orang yang hidup atau orang yang sudah meninggal dunia. Tidak perlu dijadikan masalah bila ada setengah kalangan yang menganggap itu kesyirikan; sebab yang diminta ialah dari Allah; orang yang mulia itu disebut kedudukannya yang mulia di sisi Allah. Dengan itu maka permohonan itu cepat makbulnya.
    Perbuatan melawat makam mereka yang utama dan menghadiahkan pahala amalan juga perbuatan yang mulia di sisi Ahlis-Sunnah, dan berdo’a di makam orang itu, dengan barakahnya, maka do’a itu boleh dikabulkan dengan segera. Itupun amalan yang bukan dilarang dalam Ahlis-Sunnah wal-Jamaah, walaupun ada pihak-pihak yang melarangnya seperti Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyyah. Itu adalah pandangan mereka, yang berlawanan dengan pandangan jumhur. Allahumma sallimna wal-Muslimin. Mereka yang mahu menganggap pandangan mereka berdua itu lebih utama dari jumhur, itu adalah pilihan masing-masing. Hendaklah diamalkan adab dalam berbeza pendapat dalkam perkara-perkara seperti ini dan jangan dijadikan isu sampai sesuatu puak melemparkan tuduhan bid’ah dan sesat kepada pihak lain. Apa lagi kalau sampai timbul sikap menghalalkan darah dan berperang sama Islam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Muhammad ibn ‘Abdul Wahhab yang berperang menjatuhkan Turki ‘Uthmaniah yang menyebabkan sampai sekarang umat tidak mempunyai khilafah seperti anak-anak tanpa bapa. Dan pihak musuh cenderung untuk membiarkan pemikiran seperti ini supaya Islam hancur dari dalam, asalkan pihak mereka pula tidak terjejas. Lain halnya kalau sesuatu perkara itu sudah diijma’kan salahnya, maka perlulah itu dinyatakan dengan terang.
    Demikian pula tidak perlu dikatakan syirik kepada mereka yang mengadakan aturan-aturan duniawi dalam mana-mana bidang kegiatan seperti komunikasi, pengangkutan, pertanian, dan yang sepertinya yang berupa aturan-aturan profesi yang menjayakan bidang yang berkenaan sesuai dengan tabiat kemahiran demikian itu. Mereka yang mengadakan aturan-aturan itu demi untuk menjaga kejayaan bidang-bidang itu – asalkan ianya tidak berlawanan dengan kehendak agama yang mahu menjaga kemaslahatan nyawa, agama, maruah, harta, keturunan manusia, keamanan dan apa juga yang diperlukan - bukannya boleh ditafsirkan sebagai “merampas” Hakimiyyatu’Llah atau Kuasa membentuk Aturan yang ada pada Allah - oleh itu perbuatan mereka itu berupa kesyirikan. Kita perlu mengelak diri daripada kecenderungan Khawarij yang sedemikian itu yang telahpun mengakibatkan kegetiran dalam sejarah da’wah di setengah negara di Asia Barat. Perkara sedemikian tidak perlu kita mengulanginya di tempat lain.
    Perkara yang seperti ini disentuh dengan baiknya oleh Hasan al-Hudaibi rh dalam bukunya yang terkenal itu iaitu “Du’atun la Qudah” (Pendakwah Bukan Penghukum).
    Perbincangan tentang kesyirikan tidaklah perlu terlanjur sampai timbul dakwaan-dakwaan dan tuduhan-tuduhan, antaranya seperti:
    1. syirik kecil itu sebahagian yang tidak terpisah daripada syirik besar, yang membawa kepada menghalalkan darah orang yang terlibat di dalamnya;
    2. atau tuduhan bahawa kefahaman ulama Ahlis-Sunnah tentang tauhid umumnya salah;
    3. atau Abu Jahal lebih mengetahui tentang la ilaha illa’Llah daripada ulama Islam;
    4. atau tuduhan bahawa kesyirikan di muka bumi bermula dengan perbuatan ahli ilmu dan agama, kerana mereka cinta kepada para wali;
    5. atau tuduhan bahawa para kufar yang mengetahui tentang kekufuran mereka adalah lebih baik terbimbing daripada orang-orang yang beriman -inna’l-kuffara ‘lladhina ya’rifuna kufran ahda sabilan minal-mu’minin<
    6. atau tuduhan “Keadaan sedemikian merusutnya sehingga sampai, di kalangan kebanyakan manusia, menyembah orang-orang agama adalah amalan yang paling baik, disebutkan sebagai kewalian, manakala menyembah ulama fikah dikatakan sebagai ‘pengetahuan dan ilmu fikah’. Kemudian keadaan menjadi merusut lagi sampai orang-orang yang tidak auliya’ pun disembah selain dari Allah, dan pada darjah kedua pula, mereka yang jahil”
    7. Juga tuduhan yang menyatakan bahawa sya’ir Burdah oleh al-Busiri sebagai sesuatu yang berupa kesyirikan (kerana memuji nabi s.a.w. -p).
    8. atau tuduhan bahawa panggilan “qadil-qudah” - kadhi dari sekelian kadhi - sama dengan “Syahin-syah- raja sekelian raja” (yang membawa kepada menghukumkan orang yang berkenaan kafir)
    9. atau sampai membawa kepada fahaman bahawa Allah s.w.t. mempunyai Dua Tangan, tangan kanan memegang langit dan yang satu lagi memegang bumi.”
    Kesimpulan:
    Sebagai kesimpulannya kita melihat bahawa tauhid yang berasaskan kenyataan:
    لا اله الا الله
    atau kenyataan:
    شهد ان لا اله الا الله و اشهد ان محمدا رسول الله
    “tiada tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah” atau “aku menyaksikan bahawa tidak ada tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan Allah, dan aku menyaksikan bahawa Muhammad adalah pesuruh Allah” itu membawa maksud dan keyakinan bahawa hakikat yang sebenar-benarnya hanya satu sahaja, iaitu Allah, dan Ia Tuhan Yang Maha Esa, yang kita sembah. Keredhaan Dia sahaja terakhirnya yang kita cari; KehendakNya sahaja yang kita ikut; hakikat ini mendatangkan kesan pada faham alam kita, faham ilmu, dan faham nilai. Ini yang menentukan konsep kita tentang kehidupan, budaya, tamadun, ilmu, dan nilai. Inilah yang menentukan ibadat, hidup rohani, akhlak, peraturan hidup, serta perjuangan dalam kehidupan individu, dan kolektif serta ketamadunan kita. Sepatutnya inilah hakikat dan prinsip yang memartabatkan dan memuliakan kita dari dunia sampai ke alam yang kekal abadi. Inilah yang menyatupadukan serta menguatkan kita dalam percaturan hidup, bukan sebaliknya. Kesyirikan ialah mempelbagaikan Tuhan yang berupa dosa dan jenayah terbesar, diikuti oleh syirik kecil memuja nafsu dan keinginan sendiri yang membawa kepada penyelewengan hidup dengan pelbagai perkara negatif dalam hidup individu, kolektif serta budaya dan ketamadunan. Pengembalian semula kepada kefahaman yang tepat dan meluas tentang tauhid serta penghayatannya yang menyeluruh dengan implikasi-implikasinya, dengan penolakan syirik dalam fahaman dan amalan sejauh-jauhnya, dalam rangka fahaman dan amalan hidup Sunni, inilah yang menjamin kejayaan dan kebahagiaan sesungguhnya; dan inilah yang menentukan nasib sebenarnya bagi diri dan umat kita.
    Wallahu a’lam.