Isnin, Oktober 24, 2011

Adab dan Etika Dalam Berniat !

Bismillah Alhamdulillh.
Salah satu harapan besar orang Muslim dari amalannya adalah agar diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT). Sebuah ungkapan menyatakan, “Setiap hambanya diberi kekuatan untuk beribadah, tapi tidak semua ibadah mempunyai kekuatan diterima oleh Allah SWT.”

Salah satu kunci diterimanya amalan adalah niat yang benar, untuk mendapatkannya; berikut ini beberapa Adab Dalam Berniat :

1. Penentu Nilai dan Kualiti Ibadah.
Memahami bahwa niat adalah penentu nilai dan kualiti ibadah di sisi Allah SWT. Ia membedakan antara ibadah dan kebiasaan (tradisi), bahkan merupakan membeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya. Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan,Salah satu makna niat adalah ‘tamyiz’, membeda antara satu ibadah dengan ibadah lainnya” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam)
2. Hanya untuk Mendapatkan Redha Allah SWT.
Sentiasa berniat hanya untuk mendapatkan redha Allah SWT dan tidak mempersembahkannya untuk selain-Nya. Dalam kitabnya Al Waabil al-Shayyibu min al-Kalam at Tayyibi, Imam Ibnul Qayyim berujar, “Amalan seorang hamba akan dipaparkan di hadapan Allah SWT hingga Dia mendapati niat hamba tersebut hanya untuk-Nya. Jika demikian Dia meridhai amalannya dan menerimanya.”
3. Keingingan Kuat untuk Melaksanakan
Niat yang baik akan mendapatkan satu pahala. Namun, sekadar berniat saja tidaklah cukup, tapi harus diiringi dengan keinginan yang kuat untuk mewujudkan niat tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda, Barang siapa yang berniat melakukan sebuah kebaikan namun tidak melakukannya, maka baginya satu pahala, dan jika diwujudkannya maka dia mendapatkan sepuluh hingga tujuh ratus kaliganda pahala, bahkan gandaan yang tidak terhingga.” (Muttafaq ‘alaih)
4. Tidak Meremehkan Niat yang Buruk.
Niat yang buruk dapat menjadi dosa bagi pemiliknya. Rasulullah SAW bersabda “…membunuh dan yang dibunuh akan masuk neraka.” Para sahabat bertanya, “Kami dipahami untuk yang membunuh, lalu kenapa yang dibunuh juga masuk neraka?” Nabi SAW menjawab, “Kerana dia berniat ingin membunuh saudaranya itu.” (Muttafaq ‘alaih)
5. Senantiasa Ikhlas.
Senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuatan untuk perolehan keikhlasan dalam niatnya dan menjaga keikhlasan itu. Dalam Shahih Tirmidzi diriwayatkan, Doa yang sering dipanjatkan Nabi SAW adalah: Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami dalam agamamu. Kerana hati berada di ujung ‘jari’ Allah SWT yang mudah diputar balik oleh-Nya (Mushannaf ibnu Abi Syaibah).

6. Beristighfar Bila Riak.
Segera beristighfar bila ada unsur riak atau bukan kerana Allah SWT dalam niatnya. Kerana unsur riak melahirkan amalan yang sia-sia belaka. Umar Bin Khaththab meriwayatkan dari Nabi SAW, “…barang siapa yang hijrah kerana untuk duniawi atau untuk mendapatkan wanita idamannya, maka nilai hijrahnya tergantung dari niatnya” (Muttafaq ‘alaih). Dalam kitab Fathul Qawiy al-Matin diisyaratkan bahwa Allah SWT sangat merendahkan amalan yang diniatkan bukan untuk-Nya.
7. Memberi Contoh.
Bila perbuatannya dilakukan di depan orang lain, maka berniatlah untuk memberi contoh kebaikan agar diikuti oleh orang lain. Rasulullah SAW bersabdaBarang siapa yang memberi contoh kebaikan, lalu diikuti oleh orang lain, maka baginya pahala dan tambahan sebesar pahala orang yang mengikutinya tanpa terkurangi pahala orang yang mengikutinya tersebut”.
Wallahualam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan