Bibliotheca Historica Diodorus
Pada 49 SM, melalui buku sejarah dan geografinya, Bibliotheca Historica, Diodorus menjadi orang pertama yang menuturkan bahwa di tepi Laut Merah sebelah timur terdapat sejumlah kecil pelabuhan dan kota di antara pegunungan. Selain itu, di tempat tersebut terdapat tempat ibadah yang disucikan seluruh bangsa Arab. Pernyataan tersebut mengisyaratkan Ka`bah. Sementara itu, melalui buku The Histories, Herodotus (484-425 SM) yang dijuluki penghulu sejarah menuturkan bahwa kabilah-kabilah Arab menunaikan janji mereka di dekat berhala di dalam Kota Mekah. Kunjungan orang-orang Barat ke kedua kota, Mekah dan Madinah, dilakukan berkali-kali. Beberapa kunjungan berikut ini terekam mulai tahun 1500 M.
Kunjungan Ludovico De VarthemaDia seorang saudagar berkebangsaan Itali yang berasal dari Venisia. Pada 1503 M. Varthema pergi ke Hijaz melalui Iskandaria, menyeberangi Laut Merah. Dialah orang pertama yang memasuki Kota Mekah dan Madinah dari kalangan pedagang Eropa yang beragama Kristen. Dia masuk ke kedua kota tersebut dengan memakai nama Haji Yunus Al Mishri. Bersama kafilah yang menyertainya, dia melaksanakan manasik haji. Tetapi, sebelum kedok penyamarannya terbuka, dia keburu kabur meninggalkan kafilahnya, dari Jeddah puling melalui laut menuju Al-Bunduqiyyah. Tentang Masjidil Haram dan Ka’bah dia berkata, “Di Mekah terdapat sebuah tempat ibadah (masjid) yang indah menyerupai Kolosium Romawi. Tetapi, ia diperkuat dengan tanah liat yang dibakar. Selain itu, ia memiliki satu pintu dan kekuatan. Di tengah Masjid Al-Haram terdapat bangunan Ka’bah, di mana jemaah haji tawaf mengelilinginya sembari memohon ampunan. Varthema juga menuturkan bahwa panjang keempat tulang rusuk Ka’bah enam langkah, atau sekitar empat meter. Di situ terdapat sebuah pintu yang terbuat dari perak murni setinggi orang.
Pada 1510 M, mula-mula De Varthema memublikasikan buku tentang perjalanannya dalam bahasa Itali di Rom. Pada tahun yang sama, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Setelah itu, diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Prancis, Sepanyol, Belanda, dan Inggris sebelum tutup abad. Perlu diingat, Varthema adalah orang Eropah pertama yang membantah isu bahwa kain kafan Rasulullah Saw. digantung di kota, berkibar di udara di antara dua batu. Pemaparan Varthema tentang Kota Mekah dan masyarakatnya tidak terlalu detail. Dia lebih fokus menceritakan petualangan peribadinya dibandingkan merekam apa yang dia saksikan. Bahkan, selain lebih memerhatikan hal-hal kecil yang tiada bermakna, dia terkadang bicara berlebihan.
Kunjungan Vincent Leblanc
Dia seorang pelaut berkebangsaan Perancis. Dari Pelabuhan Mursilia dia melakukan perjalanan ke tanah suci pada 1568 M. Ceritanya tentang Kota Mekah tertuang dalam buku Bergeron yang berjudul Voyage Fameux. Namun, para ahli tidak banyak menyebut referensi ini karena dianggap mengandung muatan agama yang tidak jelas. Leblanc melakukan perjalanan niaga ke Kota Mekah dan Madinah. Karena tujuan utama dari perjalanan tersebut adalah berdagang, meskipun tidak terencana, maka dia tidak banyak menulis tentang aktiviti perdagangan pada musim haji.
Kunjungan Johann Wild
Dia seorang pedagang yang masih muda asal Namsawi. Ketika berangkat ke Mekah, Madinah, dan Jeddah pada 1607 NI, dia ditemani seorang pedagang asal Paris yang mengaku sebagai budaknya. Kebetulan saat itu sedang musim haji. Kafilah mereka sudah berangkat dari Kairo menuju Swiss, lalu menyeberangi Sina. Dalam perjalanan itu, dia banyak menceritakan bahaya yang dihadapi, juga yang dihadapi para jemaah haji. Konon, selama perjalanan mereka kehilangan 1.500 orang dan 900 unta.
Kunjungan Domingo Badia Y Leyblich
Dia termasuk salah seorang yang dikenal datang berkunjung ke Tanah Suci pada 1807 M. Leyblich mengunjungi Mekah dan Madinah dengan menggunakan nama Ali Bek Al-Abbasi bersama iring-iringan amir, dengan mengaku keturunan para khalifah Al-Abbasiyyun di Maroko. Ada yang bilang dia beragama Yahudi. Namun, ada sejarawan yang mengatakan bahwa dia muslim dari Marakich yang memiliki keperibadian luar biasa, dan mendapat pendidikan Sepanyol. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah Perancis memanfaatkannya, terutama pada pemerintahan Napoleon Bonaparte, untuk memata-matai umat Islam. Selama berada di Mekah, dia mengukur sisi-sisi Masjidil Haram yang menurutnya 536 kaki dan 9 inci. Selain itu, dia juga menggambar Ka’bah dan Masjidil Haram dengan detail (lihat gambar).
Leyblich terbilang sangat cerdas, sampai boleh mendapat kepercayaan penguasa saat itu. Bahkan, dia disambut oleh Gubernur Muhammad Ali Pasha di Kairo. Dari pelabuhan Swiss, dia berangkat melalui laut. Selama di Mekah, dia tinggal di sebuah tempat khusus yang megah. Lebih dari itu, dia mendapat kehormatan untuk ikut serta mencuci Ka’bah bersama para pembesar lainnya pada musim haji.
Kunjungan Ulrich Jasper Seetzen (1767-1811 M).
Seetzen mendapat pelatihan di Jerman selama lima belas tahun. Dia secara khusus mempelajari aneka masalah kearaban. Dia pernah dikirim sebagai penasihat di kedutaan Rusia dan tinggal di Hijaz dari Oktober 1809 sampai March 1810 M. Setelah masuk Islam, dia mengganti nama dengan Ali. Selain pakar geologi, dia juga ahli di bidang botani. Dia teman dari seorang pakar geografi terkemuka, Alexander Von Humboldt. Dia menaruh perhatian besar terhadap aneka peninggalan bersejarah yang ada di bagian selatan Jazirah Arabia. Pada 1809 M, dia pura-pura menunaikan haji ke Baitullah. Dalam pada itu, dia menggambar side plan Kota Mekah dan Madinah. Lebih dari sekali dia ditemukan penguasa melakukan penelitian karena tepergok mengumpulkan beberapa jenis bebatuan dan tetumbuhan. Ketika berkunjung ke Yaman pada November 1810 M, setibanya di Kora Taiz, dia meninggal dunia. Tidak ada yang tahu pasti penyebab kematiannya. Beberapa orang menduga dia dibunuh karena telah menggambar side plan Kota Mekah dan Madinah. Tetapi, ada juga yang menduganya melakukan sihir sehingga menyebabkan paceklik besar di daerah itu. Tidak menutup kemungkinan ada penyebab lain yang tidak tersibak sampai saat ini. Dia tergolong ensiklopedi Jerman. Seseorang yang berkebangsaan Jerman, lahir di dekat Rusia. Sayang sekali, sebagian surat-surat yang dia kirim ke jerman hilang.
Kunjungan John Fryer Keane
Keane tidak boleh digolongkan peneliti atau pelancong yang melakukan kajian, melainkan sebatas petualang dalam arti kata yang sesungguhnya. Dua buku yang dia tulispun tentang perjalanannya ke Dunia Arab tergolong hiburan yang sarat nuansa kepetualangan dirinya. Maka, tidak mengherankan bilamana pembaca cukup menikmati, serasa hidup bersama sang penulis dari waktu ke waktu. Pada 1877 M, dia seorang diri berangkat ke Jeddah. Dengan kecerdikannya, di sana dia dapat bergabung dengan pengawal gubernur India. Sebuah tindakan yang sebenarnya mengundang banyak bahaya. Keane menjadi terkenal karena di Mekah berhasil menemukan seorang perempuan kulit putih bernama Macintosh yang ditawan, jauh dari penguasa Inggris.
Christian Snouck Hurgronje
Selain pensyarah di Universiti Leiden, dia juga seorang orientalis asal Belanda. Setelah berhasil tinggal di Mekah dari 1884-1885 M dan mempelajari segala sesuatu di sana, pada 1888 M dia menulis dua buku, salah satunya tentang manasik, asal usul, dan karakter kewajiban haji. Sedangkan satunya lagi tentang sejarah Kota Mekah yang meliputi dimensi sosial. Setelah bekerja keras di konsul Belanda, dia berangkat ke Mekah dan tinggal di sana selama enam bulan. Selama itu dia belajar Al-Qur’an dan mengumpulkan materi untuk kedua buku itu. Seperti Buckhardt yang dicurigai mempelajari tipografi masyarakat Madinah dan manasik haji, Hurgronje pun dicurigai fokus mempelajari masyarakat Mekah. Karena itu, kedua bukunya terbilang sangat detail, seakan tidak meninggalkan celah untuk dibahas oleh peneliti lain, terutama menyangkut perkembangan dari waktu ke waktu.
Kunjungan Gervais Courtellemont
Dia seorang pelukis Perancis-Aljazair yang datang ke Mekah pada 1894 M untuk sebuah misi rahasia yang ditugaskan pemerintah Perancis. Segala sesuatunya telah dipersiapkan dengan sempurna sehingga dia bertahan hidup selama bertahun-tahun di tengah komuniti Muslim. Di situlah dia mengenal dengan sangat baik kebiasaan dan karakter umat Islam. Lukisan memukau yang membingkai Kota Mekah dan disebarluaskan di Paris pada 1896 M menambah koleksi Bilderatlas yang sebelumnya disusun oleh Hurgronje yang berkebangsaan Belanda.
Kunjungan Abdul Aziz Do Lichten
Dia seorang muslim yang bekerja sebagai tentara Rusia. Pada 1898 M dia menelusup ke Mekah dan Madinah atas skenario penguasa kekaisaran Rusia. Dalam pada itu, dia diminta menulis laporan lengkap tentang keadaan negara-negara Islam dan muslimin ketika terjadi konflik antara negara-negara besar yang imperialis untuk menguasai daerah Teluk dan Laut Merah. Laporan juga berisi ragam informasi tentang keadaan geografi dan ekonomi Jazirah Arabia, termasuk jumlah jemaah haji dan negara-negara yang mendukungnya.
Kunjungan A.J.B. Wavell
Wavell seorang tentara Inggris yang melaksanakan haji pada 1908 M. Selain menguasai bahasa Arab dan Al-Sawahiliyyah, dia juga mengenal baik kebiasaan dan karakter umat Islam. Keberangkatannya ke Tanah Suci dimulai dari Damaskus dengan menggunakan kereta menuju Madinah. Dialah orang Barat pertama yang datang ke Mekah dengan menggunakan sarana transportasi modern ini. Dia menulis sebuah buku yang meliput perjalanannya ke Kota Mekah. Buku tersebut dicetak berkali-kali.
Kunjungan John Lewis Buckhardt
Lima tahun setelah kematian Steezen, Buckhardt datang ke Mekah. Saat itu, dia tergolong masih muda. Usianya tidak lebih dari 30 tahun. Dia berasal dari Swiss, tepatnya Canton, wilayah administratif Luzan. Namun, dia berkebangsaan Inggris. Buckhardt belajar di Leipzig dan Gonegnitt, kemudian di London dan Cambridge. Selain itu, dia menjadi anggota lembaga keilmuwan Puzzle di Swiss. Dia diutus oleh lembaga geografi Inggris untuk mempelajari keadaan Mesir. Di Mesir itulah dia berhasil menguasai dengan baik bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan. Maka, dia pun mengunjungi beberapa daerah di sana. Dialah orang pertama yang memberi nama tempat ibadah “Abu Sambel”.
Buckhardt masuk ke Mekah pada 1814 M dengan nama Ibrahim bin Abdullah. Dia menyamar sebagai seorang pedagang asal India yang bekerja di sebuah perusahaan India Timur. Perjalanannya termasuk yang sangat penting dan paling subur. Dia menceritakan secara detail perihal Kota Mekah dan Madinah, terutama yang berkenaan dengan Masjidil Haram, Ka`bah, dan Hajar Aswad. Selain itu, dia juga menjelaskan manasik haji dengan sangat detail. Pada 1829 M, kisah perjalanannya di Jazirah Arabia dia publikasikan dalam sebuah buku. Tentang Hajar Aswad dia berkata, “la gumpalan dari abu gunung berapi yang sisi-sisinya diberi hiasan berbahan putih atau kekuningan. Adapun bagian tengahnya berwarna merah kelabu dan pekat cenderung kehitaman. Sementara itu, bentuknya lonjong telur, terdiri dari sekitar dua belas batu yang memiliki ukuran dan bentuk beragam, satu sama lain dilekatkan dengan tanah liat. Konon, bagian luarnya dipukul keras menjadi beberapa potong, kemudian dihimpun kembali.”
Sebenarnya, detail dan argumentasi Buckhardt dalam menuturkan tempat-tempat suci dan kehidupan di Mekah dan Madinah tidak tertandingi oleh orang-orang yang datang sesudahnya. Karena teramat detail, dia bahkan menceritakan orang-orang yang sedang tawaf dan interaksi mereka dengan para jemaah haji yang lain, termasuk hubungan antara sesama manusia di tengah masyarakat Mekah dan Madinah.
Kunjungan Giovanni Finati
Finati kali pertama memasuki Kota Mekah dari Mesir pada 1814 M, tidak menutup kemungkinan ketika Buckhardt sedang di sana. Finati yang berkebangsaan Itali datang ke Mesir dan bekerja sebagai tentara Gubernur Muhammad Ali Pasha. Dia mendukung kesatuan yang memerangi kerajaan. Setelah itu, bernama pasukan Toson Pasha dia berangkat ke Yanbu’. Setelah perang Yanbu’, dia termasuk sedikit orang yang masih diberi kesempatan hidup. Finati bertemu Gubernur muhammad Ali Pasha di Mekah sehingga merekrutanya kembali sebagai tentara. Setelah itu, dia mengunjungi Mekah sebanyak dua kali. Sekembalinya ke Kairo, dia berkenalan dengan seseorang yang berkebangsaan Inggris bernama Bankes. Dialah orang yang membantunya menyebarkan catatan-catatannya pada 1830 M
Kunjungan Leon RochesFinati kali pertama memasuki Kota Mekah dari Mesir pada 1814 M, tidak menutup kemungkinan ketika Buckhardt sedang di sana. Finati yang berkebangsaan Itali datang ke Mesir dan bekerja sebagai tentara Gubernur Muhammad Ali Pasha. Dia mendukung kesatuan yang memerangi kerajaan. Setelah itu, bernama pasukan Toson Pasha dia berangkat ke Yanbu’. Setelah perang Yanbu’, dia termasuk sedikit orang yang masih diberi kesempatan hidup. Finati bertemu Gubernur muhammad Ali Pasha di Mekah sehingga merekrutanya kembali sebagai tentara. Setelah itu, dia mengunjungi Mekah sebanyak dua kali. Sekembalinya ke Kairo, dia berkenalan dengan seseorang yang berkebangsaan Inggris bernama Bankes. Dialah orang yang membantunya menyebarkan catatan-catatannya pada 1830 M
Kurang lebih tiga puluh tahun setelah kunjungan terakhir bangsa Eropah ke Tanah Suci, pada 1841 NI tentara Perancis bernama Leon Roches pura¬pura bergabung dengan rombongan haji menuju Yanbte. Setelab itu, dia datang ke Madinah, kemudian Mekah. Kesaksian yang dia tuns tidak jauh berheda dengan yang dituturkan Buckhardt, khususnya tentang kebiasaan dan akhlak penduduk di sana. Orang-orang Aljazair yang mengenal dia menyingkap penyamarannya. Maka, dia terpaksa lari ke Jeddah, clan dari sana berlayar ke Mesir.
Kunjungan George August Wallin
Orientalis Wallin berkebangsaan Hnlandia, menjadi guru bahasa timur di Universiti Helensky. Dia datang ke Mekab pada 1845 M dengan nama samaran Abdul Wall yang datang dari Asia tengah. Penguasaannya terhadap dua bahasa, Arab dan Persia, mempermulus keberangkatannya. Dia kembali datang ke Mekah pada muslin haji. Selain iw, dialah orang Eropa pertama yang mengunjungi wilayab Hail. Tulisan-tulisannya lebih tnemerhatikan hubungan antara Sy iah-Sunni. Setelah kembali ke negaranya, tnakalah yang dia publikasikan berhasil mendapatkan medali emas dari lembaga geogra fi Inggris. Banyak ahli sejarah yang meyakininya masuk Islam.
Richard Burton
Perjalanan Richard Burton ke Tanah Suci termasuk yang paling terkenal dilakukan oleh kaum Kristen Eropah. Buku yang dia tulis tentang haji ke Mekah dan Madinah termasuk klasisme yang ten’s mendapatkan penghargaan para ilmuwan sampai saat ini. Bersama rombongan haji dari Syam, pada 1853 M Richard Burton berangkat ke Mekah dan Madinah sebagai pendeta yang memakai nama samaran Haji Abdullah. Dia datang dari Kairo dengan maksud melaksanakan ibadah haji. Dalam pada itu, dengan memakai pensil dan menorehkannya di atas pakaian ihram yang dikenakan, Burton berhasil menggambar sketsa Ka`bah dari dalam. Selain itu, dia juga memaparkan aspek historis Ka`bah dan kondisi Mekah. Populariti Burton didukung oleh statusnya sebagai sastrawan yang menerjemahkan buku Al fu Laylab zva Laylah (Seribu Satu Malam) ke dalam bahasa Inggris.
Kunjungan Heinrich von Malzan
Dia seorang yang berkebangsaan Jerman, masuk ke Kota Mekah dengan memakai identiti muslin Aljazair yang lienclak menunaikan ibadah haji. Namun, tingkah lakunya yang aneh mengundang keraguan orang-orang di sekitarnya. Maka, dia pun hengkang meninggalkan Kota Mekah sebelum identiti yang sebenarnya tersingkap. Karena itu, dia tidak sempat mengunjungi Madinah. Pada 1865 M, di Kota Leipzig dia menceritakan Kota Mekah dengan sangat detail melalui buku yang ditulisnya berjudul Meine Wallfahrt ;Each Mekka (Perjalanan Hajiku ke Mekah) pada 1863 M.
Kunjungan Vincent Leblanc
Dia seorang pelaut berkebangsaan Perancis. Dari Pelabuhan Mursilia dia melakukan perjalanan ke tanah suci pada 1568 M. Ceritanya tentang Kota Mekah tertuang dalam buku Bergeron yang berjudul Voyage Fameux. Namun, para ahli tidak banyak menyebut referensi ini karena dianggap mengandung muatan agama yang tidak jelas. Leblanc melakukan perjalanan niaga ke Kota Mekah dan Madinah. Karena tujuan utama dari perjalanan tersebut adalah berdagang, meskipun tidak terencana, maka dia tidak banyak menulis tentang aktiviti perdagangan pada musim haji.
Kunjungan Johann Wild
Dia seorang pedagang yang masih muda asal Namsawi. Ketika berangkat ke Mekah, Madinah, dan Jeddah pada 1607 M, dia ditemani seorang pedagang asal Paris yang mengaku sebagai hambanya. Kebetulan saat itu sedang musim haji. Kafilah mereka sudah berangkat dari Kairo menuju Swiss, lalu menyeberangi Sina. Dalam perjalanan itu, dia banyak menceritakan bahaya yang dihadapi, juga yang dihadapi para jemaah haji. Konon, selama perjalanan mereka kehilangan 1.500 orang dan 900 unta. Wild menggambarkan tata laksana haji yang sebenarnya. Dia menceritakan para jemaah haji yang tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Selain itu, dia menjelaskan bahwa Ka’bah yang berada di tengah masjid mempunyai empat sudut, pada salah satunya terdapat batu hitam yang bercahaya menghadap arah terbitnya matahari. Di depan batu itu umat Islam berdiri khusyuk, memanjatkan doa sambil menciuminya sebanyak tujuh kali.
Kunjungan Joseph Pitts
Dia seorang pelaut yang menjadi tawanan perompak Aljazair. Selama lima belas tahun tinggal bersama perompak tersebut, dia belajar Bahasa Arab. Kebetulan tuannya sudah tua, tetapi karena baik hati dia diajak ikut haji. Maka, pada 1690 M, kafilah berangkat dari Kairo ke Swiss, kemudian ke Jeddah. Selama empat bulan berada di Mekah, dia sempat memasuki Ka’bah dua kali. Setelah itu, dia kembali ke negaranya. Dalam buku “Rencana Pitts terhadap Masjidil Haram” Richard Burton menulis, “Tetapi, Pitts sepertinya gagal memaparkan letak pintu Ka’bah dibandingkan Hajar Aswad. Juga Hijr Ismail dan Al-Hathim dibandingkan pancuran.” Menurut Pitts, bangunan yang ada di tengah masjid disebut Ka’bah karena bentuknya yang muka’ab (persegi) dengan tinggi sekitar 24 kaki (sekitar 7 meter), dan panjang masing-masing sisi 24 langkah (sekitar 18 meter). Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa Ka’bah didirikan dari bebatuan besar yang dipoles. Adapun tentang pintu Ka’bah, menurutnya cukup tinggi sehingga siapa pun yang ingin masuk,kepalanya tidak akan membentur tembok. Untuk tujuan itu disediakan tangga yang bergerak. Dan, seluruh bagian pintu dilapisi perak.
Kunjungan A.J.B. Wavell.Wavell seorang tentara Inggris yang melaksanakan haji pada 1908 M. Selain menguasai bahasa Arab dan Al-Sawahiliyyah, dia juga mengenal baik kehiasaan dan karakter umat Islam. Keberangkatannya ke Tanah Suci dimulai dari Damaskus dengan menggunakan kereta menuju Madinah. Dialah orang Barat pertama yang datang ke Mekah dengan menggunakan sarana transportasi modern ini. Dia menulis sebuah buku yang meliput perjalanannya ke Kota Mekah. Buku tersebut dicetak berkali-kali.
Kunjungan C.R. Rutter.
Pada 1925 M, Rutter tinggal di Mesir untuk mempelajari bahasa Arab. Dari situlah dia berangkat ke Mekah dengan berpura-pura menjadi muslim yang berprofesi sebagai pedagang asal Suriah. Pada waktu itu, Ibnu Saud memutuskan agar dia ditangkap di Semenanjung Arab. Tetapi, dia pun masih bisa bertemu dengan Ibnu Saud. Perjalanan Rutter ini menjadi penting karena dialah orang Barat pertama yang datang ke Mekah dari selatan, berbeda dengan para pendahulunya yang datang dari utara. Jadi, pemaparannya tentang jalan selatan merupakan sesuatu yang baru dibandingkan tulisan orang-orang terdahulu yang datang ke Mekah. Rutter menceritakan Mekah dan Madinah dengan sangat detail. dari itu, dia juga menyinggung perubahan-perubahan yang terjadi di sana. Kendati identitas aslinya selaku penganut Kristen tersingkap, penguasa mengizinkannya untuk tetap tinggal. Maka, dia pun tinggal di Mekah lebih lama dibandingkan orang Kristen lainnya.
Pemaparan yang cepat tentang perjalanan orang asing (non-muslim) dari awal abad ke-16 sampai dengan abad ke-20 menegaskan bahwa motivasi utama mereka adalah jiwa petualang dan rasa ingin tahu yang melanda Eropa waktu itu. Karena tidak ada yang melarang beberapa negara mengirimkan mata-mata untuk mengumpulkan informasi tentang Mekah dan Madinah, maka seiring bergulirnya waktu, jadilah ia salah satu daerah yang sangat bergejolak di Timur Tengah.
Banyak referensi mengatakan bahwa sejumlah besar orang-orang Barat itu memeluk Islam dengan sukarela, seperti Buckhardt asal Swiss yang meninggal pada usia 34 tahun dengan nama Abdullah Ibrahim, dan dikuburkan di pekuburan umat Islam di Kairo. Namun, hal itu dibantah keras olek keluarganya di Swiss yang penganut Katolik. Bagaimanapun, kita meyakini bahwa iman itu letaknya di hati. Pun bahwa Mati seseorang lebih baik daripada perbuatannya. Kita tidak boleh memungkiri peranan para orientalis, kendati kita berbeda pendapat dalam beberapa hal yang mereka utarakan. Tidak dapat dinafikan mereka mempunyai banyak peranan dalam memberikan pencerahan di daerah-daerah yang tidak dikenali Dunia Arab.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan