
Naluri manusia ingin melihat yang indah-indah, ingin menikmati yang enak-enak, ingin berkunjung ke tempat yang menentramkan dan menggairahkan, ingin berwisata menyaksikan karya manusia dan pemandangan alam yang mempesona dan menakjubkan. Sayang tidak semua orang punya kemampuan dan punya kesempatan.
Orang yang sudah menjejakkan kakinya menyaksikan pesona alam dan karya monumental keajaiban dunia, dia pasti berdecak kagum. Kalau dia beriman, dia akan mengucapkan takbir “Allahu Akbar”, karena keajaiban dunia itu adalah bagian dari tanda kebesaran Tuhan. Mengagungkan syiar kebesaran Allah adalah bagian dari usaha untuk meningkatkan ketakwaan, sebagaimana difirmankan Allah:

Artinya:
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syarat-syarat Allah, make sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. al-Haj: 32)
Fisiknya satu, tetapi multi fungsi. Jasadnya satu, tetapi bisa digambarkan menjadi bermacam-macam personifikasi. Para pujangga tidak pernah kehabisan kata sanjungan. Para budayawan mendeskripsikannya dengan bermacam-macam kata. Sumbernya satu, tetapi bisa ditafsirkan menjadi beribu-ribu pengertian. Itulah WANITA.
Alkisah. Tuhan memerlukan waktu yang cukup untuk menciptakan wanita. Padahal bisa saja Allah menyatakan “Kun, Fayakun”, jadilah, maka jadi. Tetapi Allah Maha Bijaksana, memberikan pelajaran dan pengajaran kepada manusia bahwa apapun yang hendak diktat harus tersedia waktu yang cukup dan perlu proses.
Malaikat menghadap Allah dan bertanya: “Ya Allah, mengapa memerlukan waktu untuk menciptakan wanita ini?”
Allah menjawab: “Apakah kamu memperhatikan seluruh keistimewaan dan seluruh sifat yang ada pada ciptaan-Ku ini? Ciptaan ini harus memiliki lebih dari 200 organ yang selalu bergerak agar bisa menjalankan semua tugasnya. Ciptaan ini kelak harus mampu membuat enak segala macam makanan yang dihidangkan. Dia harus kuat mengandung anak dan sanggup melahirkan berkali-kali. Dia harus memberikan cinta yang bisa menyembuhkan rasa sakit, walau dia sendiri merasakan sakit. Dia harus bisa melakukan segala sesuatu hanya dengan dua tangannya”.
Malaikat terkejut dan berkata: “Hanya dengan dua tangan, dua tangan! Ini adalah hal yang mustahil”.
Allah terus melanjutkan ciptaan-Nya. Lalu kepada malaikat, Allah berfirman: “Tunggulah sampai besok, Aku akan menyelesaikan semuanya. Tunggulah sebentar! Ciptaan ini akan segera selesai. Dia ini akan selalu dekat dengan Aku. Dia bisa menyembuhkan dirinya saat jatuh sakit. Dia bisa bekerja sepanjang hari dan malam”.
Malaikat mendekati wanita yang sudah tercipta dan memegangnya, lalu bertanya kepada Allah: “Tuhan, Engkau jadikan wanita ini sangat lembut!”
Allah menjawab: “Ya, sesungguhnya dia sangat lembut, tetapi Aku jadikan dia sangat kuat. Kamu tidak bisa menggambarkan sampai dimana kekuatannya, dia mampu menanggung beban dan menahan diri untuk bersabar”.
Malaikat bertanya: “Apakah dia bisa berpikir ?”
Allah menjawab: “Tidak hanya berpikir, dia pandai mengambil hati dan pandai berbicara, dia bisa berdialog dan juga bisa berdebat”.
Malaikat memegang pipi wanita itu dan merasa asing, kemudian bertanya kepada Allah: “Tuhan, mengapa pipinya ranum berkilau?”
Allah menjawab: Itu bukan semata ranum dan berkilau. Di situ tersimpan air mata, dan di situ terletak banyak beban berat”.
Malaikat bertanya: “Kenapa mengalirkan air mata?”
Allah menjawab: “Air mata adalah satu-satunya cara untuk melepaskan beban. Mengalirnya air mata adalah cara untuk mengungkapkan kesedihan, ketidaksenangan, pengaduan, kekecewaan, cinta, kebencian, kerinduan, kesendirian, kebahagiaan, dan segala macam rasa yang ada dalam dirinya”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan